Jagal Papua Hitam

Burung Jagal Papua adalah burung tropis yang hidup di hutan dataran rendah dan hutan perbukitan atau pegunungan rendah di Tanah Papua termasuk Yapen, Kepulauan Raja Ampat dan Aru. Burung ini memiliki bulu yang secara keseluruhan berwarna hitam dan paruh yang berwarna abu-abu gelap. Ukurannya sekitar 33 - 36 centimeter. Saya sering melihatnya ketika menjelajahi hutan dengan wisatawan pengamat burung yang datang dari berbagai negara. Ada sejumlah kawasan hutan yang kami kunjungi untuk menikmati aktivitas pengamatan burung. Beberapa di antaranya adalah hutan Susnguakti, hutan Sungai Dopi, Hutan Pegunungan Tambrauw serta hutan Lembah Klasow. Karena di hutan ada sejumlah burung yang juga memiliki warna hitam atau warna gelap lainnya. Untuk mengetahuinya maka kita perlu membedakan suara kicauannya yang merdu.

Burung Jagal Papua Hitam Black Butcherbird (Cracticus quoyi)

Vitamin Untuk Burung Berkicau - Tersedia di Tokopedia


Biasanya saya menghabiskan waktu dari 3 hari sampai 2 minggu untuk menjelajah hutan guna menikmati kegiatan pengamatan burung. Bukan hanya Jagal Papua Hitam saja yang kami lihat tetapi juga burung-burung lain seperti Jagal Papua (biasa) yang berwarna hitam dan putih, burung cendrawasih, burung kumkum, raja udang, serta satwa liar lainnya seperti lao-lao (semacam kanguru tanah yang bertubuh kecil), babi hutan, rusa, soa-soa serta kuskus pohon. Agar aktivitas pengamatan burung berjalan lancar, kami membawa berbagai peralatan pendukung seperti tenda dome, matras, perlengkapan masak dan makan, serta peralatan pengamatan burung.

Pondok penginapan untuk wisatawan pengamat burung di hutan hujan tropis Manokwari, Papua Barat.

Karena kegiatan wisata pengamatan burung bersama wisatawan sudah sangat sering dilakukan, maka kami sudah memiliki pondok-pondok sederhana di hutan. Di beberapa tempat tertentu bahkan sudah ada penginapan sederhana. Pada suatu hari, ketika saya memandu wisatawan Belanda, Sandra dan Alex, di hutan Sungai Dopi di pinggiran kota Manokwari, kami menerima laporan dari warga setempat bahwa jerat binatang yang mereka pasang di dekat pohon buah ternyata berhasil menangkap seekor burung. Burung itupun diambil dari jeratan lalu dibawa kepada kami. Setelah saya memeriksanya, saya bisa mengidentifikasinya sebagai Jagal Papua Hitam. Sama dengan Jagal Papua biasa yang berwarna putih hitam, burung ini makan buah-buah kecil yang keluar dari pohon-pohon di hutan tropis Papua. Kami melepas tali jerat yang melilit kakinya dan kemudian melepasnya untuk terbang kembali ke dalam habitatnya.

Agar populasi burung ini tidak habis dari habitatnya akibat perburuan, penebangan hutan, konversi areal hutan menjadi wilayah pemukiman penduduk dan jalan raya serta perkebunan maka saya mempromosikan wisata pengamatan burung di Tanah Papua. Ekowisata pengamatan burung bermanfaat memberikan pekerjaan pada warga setempat, peningkatan perekonomian mereka ke arah yang lebih baik. Jika masyarakat mendapat manfaat positif dari hutan hujan tropis yang mereka miliki maka mereka dengan sendirinya akan menjaga alam agar tetap lestari selamanya.

Teropong pengamatan burung yang saya rekomendasikan:

Nikon Action EX 12×50 CF
Beli

Sayang sekali, penyebaran virus Covid-19 secara global telah membawa dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek perekonomian. Pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terkena dampak. Aktivitas wisata pengamatan burung dan satwa liar telah terhenti sama sekali. Warga masyarakat sekitar hutan yang selama ini memperoleh pendapatan dari ekowisata pengamatan burung telah kehilangan pekerjaan dan pendapatan mereka.

Saya hanya bisa berharap bahwa wabah penyakit dunia ini bisa segera hilang dan aktivitas wisata bisa dipulihkan lagi.

Harga burung Jagal Papua Hitam tidak saya ketahui karena secara pribadi saya bekerja sebagai pemandu turis yang ingin mengamati burung di habitat asli. Oleh karena itu, saya lebih menyarankan masyarakat untuk mengambil tur wisata pengamatan burung. Dengan mengamati burung di hutan, wisatawan bisa berkesempatan untuk melihat berbagai burung-burung yang berkicau di pagi, siang dan sore hari. Wisatawan bisa merekam video dan suara, memotret burung sehingga ketika kembali ke rumah, dapat memutar hasil rekaman atau pemotretan itu lagi. Ini ditulis oleh Charles Roring.