Burung Hantu adalah nama yang umum dikenal di Indonesia untuk burung yang aktif di malam hari untuk mencari makan dan untuk kawin. Burung-burung tersebut mengeluarkan suara yang mungkin terdengar aneh dan mungkin menakutkan bagi sejumlah orang tertentu pada tengah malam sehingga akhirnya dinamai Burung Hantu.
Ada yang suka bertengger di cabang pohon tetapi ada juga yang duduk di tanah berpasir terutama ketika sedang mengerami telur. Saya pernah melihat seekor Large-tailed Nightjar di tepi sungai ketika sedang memandu wisatawan Inggris berkemah di hutan dataran rendah Manokwari. Saat kami sedang melakukan aktivitas pengamatan burung di malam hari di tepian sungai yang berpasir halus, kami melihat pantulan cahaya berwarna merah dari balik semak-semak. Ketika kami mendekat, nampaklah seekor burung Large-tailed Nightjar sedang berada di pasir. Burung itu mungkin sedang mengerami telur.
Foto di bawah ini adalah burung hantu yang nama ilmiahnya dalam bahasa Inggris disebut Sulawesi Scops Owl (Otus manadensis). Burung ini saya potret di pinggiran Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa. Ketika itu, suasananya sudah gelap sekitar jam 19.00. Saya sedang bercakap-cakap dengan adik dan sepupu serta beberapa pekerja di dekat kandang dari sebuah peternakan ayam. Saya mendengar suara burung hantu ini dari kejauhan. Saya kemudian menjawab suara itu dengan menirukannya. Perlu waktu sekitar 10 menit untuk melihat burung tersebut terbang mendekat dan hinggap di pohon di dekat saya. Dengan bantuan senter, saya memotretnya memakai Canon 200D dan lensa Tamron 150-600 mm G2 pada jarak sekitar 5 atau 6 meter. Masyarakat Minahasa menyebutnya Manguni. Dalam budaya masyarakat Minahasa Burung Manguni dianggap sebagai burung yang sakral.
Burung hantu yang masuk dalam keluarga Frogmouth memiliki mata yang besar, dengan mulut yang besar sekali. Burung ini seringkali bertengger pada dahan pohon dengan tidak bergerak sama sekali dalam jangka waktu yang lama.
Teropong pengamatan burung yang saya rekomendasikan:
Untuk mencari burung ini, biasanya para pengamat burung berjalan dan mencoba mendengar apakah ada suara burung hantu yang memanggil-manggil dari dalam hutan. Jika ada maka mereka akan masuk sedikit ke dalam hutan atau di tempat yang tidak dilalui kendaraan maupun orang banyak lalu memutar rekaman suara dari burung tersebut. Jika burung hantu mendengar suara yang mirip dengan yang ia miliki, biasanya, ia akan terbang dan bertengger di dahan pohon dekat sumber suara. Pada saat itulah, burung tersebut disorot dengan senter lalu dipotret.
Saya sering memandi wisatawan di hutan - hutan di Provinsi Papua Barat. Salah satu target utama untuk dilihat adalah Burung hantu Large-tailed Nightjar. Untuk mengetahui keberadaannya, saya biasanya memandu wisatawan dengan berjalan kaki sepanjang tepian sungai yang berpasir. Senter kami nyalakan dan arahkan ke sela-sela rumput gajah yang tinggi. Ketika ada pantulan cahaya berupa titik yang berwarna merah dari kegelapan maka itu adalah mata burung hantu yang memantulkan cahaya senter tersebut.
Hutan hujan tropis Papua adalah habitat alami bagi banyak sekali spesies burung.