Jelajah Pegunungan Tambrauw

Saya baru saja kembali dari perjalanan selama 5 hari/ 4 malam di Pegunungan Tambrauw. Saya pergi ke sana naik pesawat kecil milik Susi Air dari kota Manokwari. Perjalanan udara yang mendebarkan ini menyuguhkan pemandangan pesisir pantai utara dan pegunungan Tambrauw yang indah menawan hati. Lautan Pasifik yang berwarna biru berpadu serasi dengan lereng dan tebing terjal yang berwarna hijau. Saya sangat menikmati keindahan pemandangan alam ini.

Pesawat yang saya tumpangi tersebut melewati Saukorem, Imbuan, Wau, Weyos, Pasir Panjang, Saubeba, dan akhirnya mendarat di bandar udara Douglas MacArthur di Kampung Werur. Pesawat berputar sesaat di atas Pulau Dua dan kemudian berbelok tajam menuju landasan pacu. Akhirnya pesawat Cessna Caravan 206 yang mengangkut sekitar 10 penumpang tersebut mendarat mulus di Kabupaten Tambrauw.

Hutan di Pegunungan Tambrauw
Hutan di Urat Gunung Andaer

Setelah turun dari pesawat, saya melanjutkan perjalanan dengan menumpangi kendaraan 4WD menuju Fef (ibu kota Kabupaten Tambrauw). Kali ini mobil melaju menaiki kawasan Pegunungan Tambrauw yang sebagian besar masih ditutupi oleh hutan hujan tropis. Siang harinya kami tiba di Fef, ibu kota Kabupaten Tambrauw. Secara fisik kota ini masih terlihat seperti sebuah desa. Pemerintah Daerah sedang membangun gedung perkantoran, jalan raya serta pipa air bersih untuk mendukung aktivitas mereka di sana. Setelah istirahat makan siang di rumah sahabat saya, kami pun melanjutkan perjalanan ke Aibogiar. Beberapa kali kami harus melewati jembatan rusak. Papan dan balok yang menutupi rangka jembatan harus disusun ulang agar ban mobil bisa melewatinya. Ada juga pinggiran tebing yang longsor sehingga membuat jalan semakin sempit. Semua itu kami alami sebagai bagian dari petualangan. Di Distrik Miyah, kendaraan kami berbelok ke kanan dan menaiki tanjakan terjal. Kami tiba di Kampung Aibogiar kira-kira jam 16.00. Setelah berbicara dengan penduduk setempat, kami mulai menjalankan aktivitas pengamatan burung dan satwa liar di sepanjang urat gunung Andaer.

Magnificent Bird of Paradise
Burung Magnificent Bird of Paradise

Suara burung Eclectus Parrot, Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, dan Taun-taun membahana di angkasa. Karena hujan turun, kami kembali ke Rumah Singgah untuk beristirahat. Warga kampung sudah menyiapkan matras spons. Malam harinya, makanan kami adalah betatas, mie instan dan ikan kaleng. Kami menghabiskan waktu selama beberapa hari di sana untuk mengamati burung dan kupu-kupu. Ada Cendrawasih Kuning, Cendrawasih Belah Rotan/ Magnificent Bird of Paradise, Kookaburra Perut Merah, Mountain Peltop.

Kami meninggalkan Kampung Aibogiar menuju Kampung Sikor. Di pinggir jalan saya sempat menembak (maksudnya dengan kamera ya) burung Wompoo Fruit Dove yang sedang mengerami telurnya. Untuk memotret burung, kamera yang saya gunakan adalah Canon 200D dan Lensa Tamron 150-600 mm G2. Kualitas foto yang dihasilkannya lumayan bagus. Ketika kendaraan menaiki Gunung Sakofsiah, tanjakannya terjal sekali dan sangat berbahaya. Sopir yang mengemudikan kendaraan melewati jalan ini haruslah yang berpengalaman dan kondisi kendaraan 4wdnya dalam keadaan prima. Di puncak gunung, kami berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan. Pohon-pohon yang menutupi lereng kebanyakan diameternya kecil. Saya menduga di kawasan tersebut ada beberapa spesies burung surga seperti Western Parotia, Black Sicklebill dan Vogelkop Superb Bird of Paradise. Kemungkinan besar ada pula burung Vogelkop Bowerbird. Dari Puncak Gunung Sakofsiah, saya bisa melihat wilayah Maibrat dan gunung-gunung lain di Kabupaten Tambrauw.

Mobil menuruni urat gunung yang terjal. Di satu bagian yang belum dihampar sirtu (pasir batu kasar), jalannya licin. Arah mobil sempat sedikit bergeser namun sopir yang mengemudikannya mampu menguasai kendaraannya dengan baik. Kami pun tiba dengan selamat di Lembah Ases. Burung Surga terdengar bernyanyi di pinggir kampung. Selama berada di sana, saya melihat burung Yellow-faced Myna, Rainbow Lorikeet, Black-capped Lory dan Long-tailed Buzzard. Kakaktua Putih, Kakaktua Raja banyak beterbangan di angkasa.

Wompoo Fruit Dove (Ptilinopus magnificus)
Burung Wompoo Fruit Dove

Vulturine Parrot

Dari sekian banyak spesies burung yang saya lihat di Hutan Tambrauw, salah satu spesies penting yang sangat menarik perhatian saya adalah New Guinea Vulturine Parrot (Psittrichas fulgidus). Burung ini, menurut IUCN, adalah satwa yang masuk dalam status rentan (vulnerable). Populasinya semakin menurun drastis. Selama beberapa hari di sana, saya melihat Vulturine Parrot yang keberadaannya terus berkurang sebagai akibat dari perburuan, penebangan hutan dan pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan monokultur seperti kelapa sawit dan kakao. Bulu warna merah terang yang dimiliki oleh burung ini memiliki nilai yang tinggi karena dipakai sebagai hiasan di berbagai pakaian adat suku-suku Pegunungan Tambrauw. Namun demikian suku-suku di Tambrauw melihat satwa ini sebagai burung sakral sehingga mereka melindunginya dengan baik. Tidaklah mengherankan jika populasi Vulturine Parrot tetap lestari di sana.

New Guinea Vulturine Parrot
Vulturine Parrot

Perjalanan saya keliling Pegunungan Tambrauw berakhir kemarin (9 Nov 2018). Mobil melaju menuju kota Sorong. Hari-hari berikutnya, saya memiliki cukup banyak waktu untuk menulis kisah perjalanan saya di Tanah Papua yang indah ini. Ditulis oleh Charles Roring