Friday, June 2, 2023

Cendrawasih Merah di Hutan Saporkren

Beberapa minggu lalu, saya memandu Michael, seorang wisatawan dari Florida - Amerika di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat. Kita melakukan aktivitas pengamatan burung dan satwa liar di sepanjang tepian jalan raya, di pesisir pantai serta di dalam hutan hujan tropis. Target utama kami adalah Cendrawasih Merah yang disebut juga Red Bird of Paradise (Paradisaea rubra). Burung ini, seperti umumnya spesies burung surga lainnya, suka berkumpul di dahan-dahan pohon yang tinggi untuk berdansa dan kawin. 

wisata pengamatan burung di Raja Ampat
Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra)

Waigeo Raja Ampat
Cendrawasih merah (Red Bird of Paradise)

Untuk menyaksikan tarian Cendrawasih Merah, kami harus bangun pagi sekali jam 04:30. Setelah melakukan sedikit persiapan, pada jam 05:00, kami pun mulai berjalan kaki dari pondok wisata tempat kami menginap di Kampung Saporkren menuju hutan perbukitan yang letaknya cukup jauh. 

Senter buat traveler
Senter LED ini tersedia di Tokopedia

Hari masih gelap, kami mulai melangkah perlahan menyusuri jalan setapak di tepi pantai. Setelah melewati jembatan kayu yang lumayan panjang, kami kemudian menanjak bukit. Udara terasa dingin, dan angin bertiup agak kencang. Lautan nampak bergelora. Untuk menerangi perjalanan kami saya menggunakan sebuah senter LED kecil yang cahayanya terang sekali. Baterainya sudah 'dicharge' malam sebelumnya sehingga energinya cukup untuk perjalanan panjang pagi itu. 

Kurang lebih 1 jam kami berjalan dan akhirnya tiba di bawah pohon. Nampak dahan pohon berayun ditiup angin. Suara burung-burung mulai terdengar di seluruh penjuru hutan. Ada suara burung Jagal Papua, ada burung Helmetted Friarbird serta Raja Ampat Pitohui. 

Ada juga suara beberapa Cendrawasih Merah yang mulai memanggil-manggil pasangan betinanya untuk datang melihat mereka berdansa. 

Sacred Kingfisher
Sacred Kingfisher

Cahaya matahari mulai nampak dari ufuk timur. Kami duduk di bangku-bangku sederhana yang dibuat oleh warga kampung. Sayang sekali angin bertiup dengan kencangnya. Burung Cendrawasih Merah yang kami harapkan segera berkumpul, tak kunjung datang. Hanya ada 1 ekor jantan yang bertengger di dahan pohon tinggi di hadapan kami. 

Michael, sang turis yang saya pandu mengarahkan kameranya ke burung Cendrawasih Merah itu dan memotretnya beberapa kali. Kami terus menanti dengan sabar hingga pukul 08:30. Sayang sekali, tarian burung surga yang kami nantikan tidak terjadi. Angin terus bertiup kencang. Kicauan-kicauan berbagai spesies burung semakin sedikit yang terdengar. Kami pun memutuskan untuk berjalan turun dan melanjutkan aktivitas pengamatan burung di sepanjang tepian jalan raya. 

Ada beberapa spesies burung tropis khas Raja Ampat yang berhasil kami lihat di pohon-pohon yang tumbuh di tepi jalan. Beberapa di antaranya Eclectus Parrot, Red-cheeked Parrot, Blyth's Hornbill, Kumkum Kelabu atau Pinon Imperial Pigeon, Pied Imperial Pigeon dan Rufous-bellied Kookaburra. Saat berjalan pulang ke kampung, kami melihat Sacred Kingfisher. Ada juga Glossy-mantled Manucode yang juga adalah satu spesies burung surga. 

Ada beberapa yang saya ambil fotonya menggunakan kamera Fujifilm HS50EXR. Ini adalah kamera lama tapi dilengkapi lensa tele yang cukup bagus. Saya juga membawa 2 baterai cadangan, senter, ponsel, 1 laser pointer dan 1 portable loudspeaker untuk memanggil burung. Perlengkapan elektronik perlu 'dicharge' setiap hari. Oleh karena itu saya membawa charger atau colokan listrik jika sedang bepergian. 

colokan listrik buat traveler
Colokan Listrik - Tersedia di Tokopedia

Michael - sang turis Amerika - yang saya pandu cukup puas karena berhasil melihat burung Cendrawasih Merah di habitatnya meskipun tidak ada tarian burung surganya. Siang harinya kami balik ke kota Sorong dengan menaiki kapal cepat. 

Dari perjalanan wisata nonton burung surga selama 3 hari/ 2 malam ditambah 1 pagi di hutan pesisir kota Sorong, kami berhasil melihat lebih dari 70 spesies burung termasuk Rainbow Bee-eater, Australian White Ibis, Papuan Black Myzomella, Shining Flycatcher, Yellow-faced Myna, Emperor Fairywren dan masih banyak lagi. 

ekowisata raja ampat
Wisata Pengamatan Burung Tropis di Raja Ampat

Saya membawa binocular ed lens 10×50 yang dipasang di sebuah tripod untuk meningkatkan kualitas pengamatan burung selama tur di Raja Ampat dan Sorong. 

Oh, iya, untuk para pembaca yang penasaran untuk menyaksikan seperti apa Burung Cendrawasih Merah menari, silahkan menyaksikan video klip singkat di atas. Video itu saya buat di tur yang sebelumnya. Semoga terhibur dan bermanfaat. 

Mari kita lestarikan hutan hujan tropis karena gas CO2 yang diserapnya, dan oksigen yang dihasilkannya bermanfaat bagi seluruh mahluk hidup di dunia ini. 🙏

Also read:

Birding in North Sulawesi

No comments:

Post a Comment