Sebuah Laporan Perjalanan oleh Charles Roring
Pulau Sumatra adalah salah satu destinasi pengamatan burung dan satwa liar yang penting di Indonesia. Menurut website Avibase, ada sekitar 775 spesies yang secara ilmiah telah dicatat di sana. Dari jumlah itu, ada 31 spesies yang endemik dan 74 spesies yang terancam di dunia.
Black and Crimson Oriole, Asian Fairy Bluebird dan Barred Cuckoo Dove |
Mulai tanggal 18 sampai 23 Februari 2023, saya berkesempatan untuk memandu 2 wisatawan Eropa, Tuan Karsten dan Nyonya Sheila. Mereka adalah pengamat burung dan satwa liar yang tinggal di Jerman.
Lokasi pertama yang kami tuju adalah Taman Nasional Kerinci Seblat. Untuk mencapainya, saya harus terbang dari Manokwari ke Jakarta. Karena hari sudah sore, saya masih harus menginap di Hotel Orchardz Jakarta selama 1 malam dan selanjutnya ke Padang - Provinsi Sumatra Barat keesokan harinya. Setelah menginap 1 malam di Hotel Daima, saya kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan kendaraan minibus ke Desa Kersik Tuo di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Di sana, saya bertemu dengan Pak Subandi dan menginap di pondok wisata (homestay) miliknya. Kedua wisatawan Eropa tersebut datang beberapa jam kemudian dan menginap di Hotel Bintang Kerinci.
Daerah dataran tinggi Kerinci terutama di Kecamatan Kayu Aro sudah sangat terkenal sejak zaman Belanda sebagai sentra produksi kopi Arabica dan teh hitam.
Gunung Kerinci menyemburkan abu vulkanik |
Di seberang jalan tempat kami menginap, hamparan luas kebun-kebun teh dan sayuran menjadi latar depan bagi Gunung Kerinci yang menjulang tinggi ke angkasa. Di pagi hari ketika kami berada di sana, gunung api itu nampak menyemburkan abu, namun nampaknya aktivitas vulkanik tersebut hanya sebentar saja. Oleh karena itu, kami tetap bisa menjalankan aktivitas pengamatan burung di hutan kaki Gunung Kerinci dengan aman.
Perjalanan wisata ini diselenggarakan oleh Vacation Indonesia Tours (VIT Tours).
Black-browed Barbet |
Selama berada di Kerinci, kami dibantu oleh pemandu lokal yang sudah berpengalaman yakni Bapak Subandi dan anaknya Budi. Mereka telah bertahun-tahun memandu wisatawan pengamat burung yang datang dari berbagai penjuru dunia ke Sumatra Barat dan Jambi.
Dari kiri pada posisi membelakangi kamera Budi dan Pak Subandi Ibu Sheila dan Bpk. Karsten - wisata pengamatan burung di Jalan Tapan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Provinsi Jambi |
Waktu terbaik untuk mengamati burung adalah di pagi dan sore hari. Burung-burung yang sempat kami lihat dan identifikasi adalah Sumatran Trogon, Scarlet Minivet, Golden Babbler dan White-throated Fantail. Ada juga burung-burung umum di lahan pertanian milik petani seperti Cattle Egret, Long-tailed Shrike, Black-winged Kite, dan Barn Swallow. Selain burung, ada juga kupu-kupu, dan tupai yang sempat kami dapati ketika menyusuri jalan setapak di lereng Gunung Kerinci.
Fire-tufted Barbet |
Aktivitas wisata pengamatan burung dan satwa liar kami lakukan pula di sore hari terutama di Rawa Bento. Kami menggunakan perahu motor yang dikemudikan oleh warga setempat. Selama menyusuri sungai kecil di rawa itu, kami berhasil melihat beberapa spesies burung yang menarik seperti Common Myna, Purple Heron, Cattle Egret, Grey Wagtail, Barn Swallow, Wood Sandpiper, dan lain-lain.
Kerbau, monyet ekor babi adalah mamalia yang umum terdapat di sana.
Monyet Selatan Ekor Babi (Southern Pig-tailed Macaque) |
Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke kota Sungai Penuh dan melakukan aktivitas pengamatan burung maupun satwa liar di sepanjang Jalan Tapan. Berbagai jenis burung Sumatra dapat diamati dengan mudah sambil menyusuri jalan yang berkelok-kelok di pinggir tebing. Kami melihat Hill Prinia, Black-browed Barbet, Yellow-eared Spiderhunter, Little Spiderhunter, Sumatran Trogon, Fire-tufted Barbet, Sumatran Treepie, Sunda Forktail, Graceful Pitta, Black-headed Bulbul, Black and Crimson Oriole, Orange-bellied Flowerpecker, Long-tailed Broadbill, Asian Fairy Bluebird, Wreathed Hornbill, dan masih banyak lagi. Jalan Tapan adalah lokasi pengamatan burung (birding) dan satwa liar yang sangat direkomendasikan bagi para pencinta alam.
Kami kembali ke Padang di hari berikutnya dengan menaiki Toyota Avanza yang dikemudikan oleh Oky. Di sepanjang jalan, kami berhenti beberapa kali untuk mengamati burung termasuk di tepi pantai untuk mencari plover, tern, dan frigatebird. Warga membangun gedung-gedung besar untuk dijadikan rumah burung walet (Edible-nest Swiftlet) yang akan dipanen sarangnya. Sarang tersebut dibuat oleh burung menggunakan salivanya. Sarang itu dijadikan sebagai makanan terutama oleh masyarakat Tionghoa. Indonesia mengekspor sarang burung walet ke Hongkong - China, Singapura, Vietnam, Malaysia dan berbagai negara lainnya di seluruh dunia.
Keesokan paginya (22 Feb. 2023), kami melanjutkan perjalanan dari Padang ke Lampung dengan Batik Air melalui Jakarta.
Taman Nasional Way Kambas adalah destinasi wisata pengamatan flora fauna yang sudah terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Sayang sekali, taman nasional ini masih ditutup sehingga wisatawan belum bisa beraktivitas di dalamnya. Sebagai gantinya, kami melakukan aktivitas pengamatan satwa hanya di sepanjang tepian hutan sambil menyusuri kebun singkong dan hutan karet. Di sore dan malam hari kami dipandu oleh local guide Hariyono dan Angga serta Moko. Selama night birding, kami melihat Sunda Scops Owl dan Large-tailed Nightjar. Di pagi hari, aktivitas pengamatan burung tetap dipandu oleh Hariyono dan Angga. Ada banyak burung yang hinggap di cabang dan ranting pohon seperti Blue-throated Bee-eater, Brown-throated Sunbird, Red-throated Barbet, Yellow-vented Bulbul, Ashy Tailorbird, Brown Shrike, Plaintive Cuckoo, Sunda Pygmy Woodpecker, Collared Kingfisher, Javan Munia, dan Black-bellied Malkoha, Collared Kingfisher, Sooty-headed Bulbul, Zebra Dove, Spotted Dove, Orange-belied Flowerpecker, serta masih banyak lagi.
Saya, Bpk. Karsten dan Ibu Sheila dan pramuwisata lokal Hariono saat melakukan aktivitas pengamatan burung dan satwa liar di Way Kambas Sumatra. - Foto oleh Angga |
Setelah makan siang, aktivitas selanjutnya dilakukan dengan menyusur sungai menggunakan speedboat yang dipandu oleh Hariyono. Ia adalah birding guide yang sudah dikenal di kalangan para pengamat burung domestik maupun manca-negara yang berkunjung ke Way Kambas. Keesokan harinya (24 Feb 2023), kami berangkat ke Jakarta.
Secara pribadi, ini adalah perjalanan wisata pertama saya ke Sumatra. Keindahan alam, keramahan masyarakat serta keunikan budaya di Sumatra telah meninggalkan kesan yang baik bagi saya dan wisatawan yang telah berkunjung ke sana. Semoga di masa datang, jumlah wisatawan yang berlibur di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Way Kambas bisa terus bertambah, sehingga bisa membuka kembali lapangan pekerjaan bagi para pramuwisata lokal yang sempat terhenti selama 2 tahun, sebagai akibat dari Pandemi Covid-19.
Kamera
Untuk memotret burung, saya menggunakan kamera bridge bekas Fujifilm HS50EXR yang optical zoomnya adalah 42× atau setara dengan lensa 35 sepanjang 1,000 mm. Karsten menggunakan kamera yang lebih bagus yakni Nikon Coolpix P1000 yang memiliki optical zoom 125× yang setara dengan lensa 35 dengan panjang 3,000 mm. Para pengamat burung di seluruh dunia menyukai kamera Nikon P1000 karena bisa memotret burung di pepohonan yang tinggi. Kamera ini bisa juga memotret obyek yang dekat seperti serangga atau bunga. Karena ukuran sensornya yang kecil maka foto yang dihasilkan tidak bisa diperbesar terlalu banyak.
Binoculars
Teropong dua barrel (binoculars) adalah peralatan pengamatan flora fauna yang sangat diperlukan ketika kita berada di hutan. Yang saya rekomendasikan adalah Nikon Action EX 10×50CF.
Semoga tulisan di atas dapat menambah kecintaan dan komitmen kita terhadap keindahan dan upaya-upaya pelestarian alam.
Tas Ransel
Kebanyakan guide membawa tas ransel sebagai tempat untuk mengisi kamera, air minum, binocular, hp, laser pointer, senter, portable mini loudspeaker untuk pemanggilan burung, dan lain-lain. Saat ini tas ransel bisa dengan mudah dibeli lewat market place. Salah satunya adalah: Ransel 35L Guanhua.
Tas Multi Fungsi |
Semoga artikel ini bisa semakin meningkatkan kecintaan kita pada keindahan alam dan kepedulian kita terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup terutama hutan hujan tropis.
Baca juga:
No comments:
Post a Comment