Friday, June 2, 2023

Cendrawasih Merah di Hutan Saporkren

Beberapa minggu lalu, saya memandu Michael, seorang wisatawan dari Florida - Amerika di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat. Kita melakukan aktivitas pengamatan burung dan satwa liar di sepanjang tepian jalan raya, di pesisir pantai serta di dalam hutan hujan tropis. Target utama kami adalah Cendrawasih Merah yang disebut juga Red Bird of Paradise (Paradisaea rubra). Burung ini, seperti umumnya spesies burung surga lainnya, suka berkumpul di dahan-dahan pohon yang tinggi untuk berdansa dan kawin. 

wisata pengamatan burung di Raja Ampat
Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra)

Waigeo Raja Ampat
Cendrawasih merah (Red Bird of Paradise)

Untuk menyaksikan tarian Cendrawasih Merah, kami harus bangun pagi sekali jam 04:30. Setelah melakukan sedikit persiapan, pada jam 05:00, kami pun mulai berjalan kaki dari pondok wisata tempat kami menginap di Kampung Saporkren menuju hutan perbukitan yang letaknya cukup jauh. 

Senter buat traveler
Senter LED ini tersedia di Tokopedia

Hari masih gelap, kami mulai melangkah perlahan menyusuri jalan setapak di tepi pantai. Setelah melewati jembatan kayu yang lumayan panjang, kami kemudian menanjak bukit. Udara terasa dingin, dan angin bertiup agak kencang. Lautan nampak bergelora. Untuk menerangi perjalanan kami saya menggunakan sebuah senter LED kecil yang cahayanya terang sekali. Baterainya sudah 'dicharge' malam sebelumnya sehingga energinya cukup untuk perjalanan panjang pagi itu. 

Kurang lebih 1 jam kami berjalan dan akhirnya tiba di bawah pohon. Nampak dahan pohon berayun ditiup angin. Suara burung-burung mulai terdengar di seluruh penjuru hutan. Ada suara burung Jagal Papua, ada burung Helmetted Friarbird serta Raja Ampat Pitohui. 

Ada juga suara beberapa Cendrawasih Merah yang mulai memanggil-manggil pasangan betinanya untuk datang melihat mereka berdansa. 

Sacred Kingfisher
Sacred Kingfisher

Cahaya matahari mulai nampak dari ufuk timur. Kami duduk di bangku-bangku sederhana yang dibuat oleh warga kampung. Sayang sekali angin bertiup dengan kencangnya. Burung Cendrawasih Merah yang kami harapkan segera berkumpul, tak kunjung datang. Hanya ada 1 ekor jantan yang bertengger di dahan pohon tinggi di hadapan kami. 

Michael, sang turis yang saya pandu mengarahkan kameranya ke burung Cendrawasih Merah itu dan memotretnya beberapa kali. Kami terus menanti dengan sabar hingga pukul 08:30. Sayang sekali, tarian burung surga yang kami nantikan tidak terjadi. Angin terus bertiup kencang. Kicauan-kicauan berbagai spesies burung semakin sedikit yang terdengar. Kami pun memutuskan untuk berjalan turun dan melanjutkan aktivitas pengamatan burung di sepanjang tepian jalan raya. 

Ada beberapa spesies burung tropis khas Raja Ampat yang berhasil kami lihat di pohon-pohon yang tumbuh di tepi jalan. Beberapa di antaranya Eclectus Parrot, Red-cheeked Parrot, Blyth's Hornbill, Kumkum Kelabu atau Pinon Imperial Pigeon, Pied Imperial Pigeon dan Rufous-bellied Kookaburra. Saat berjalan pulang ke kampung, kami melihat Sacred Kingfisher. Ada juga Glossy-mantled Manucode yang juga adalah satu spesies burung surga. 

Ada beberapa yang saya ambil fotonya menggunakan kamera Fujifilm HS50EXR. Ini adalah kamera lama tapi dilengkapi lensa tele yang cukup bagus. Saya juga membawa 2 baterai cadangan, senter, ponsel, 1 laser pointer dan 1 portable loudspeaker untuk memanggil burung. Perlengkapan elektronik perlu 'dicharge' setiap hari. Oleh karena itu saya membawa charger atau colokan listrik jika sedang bepergian. 

colokan listrik buat traveler
Colokan Listrik - Tersedia di Tokopedia

Michael - sang turis Amerika - yang saya pandu cukup puas karena berhasil melihat burung Cendrawasih Merah di habitatnya meskipun tidak ada tarian burung surganya. Siang harinya kami balik ke kota Sorong dengan menaiki kapal cepat. 

Dari perjalanan wisata nonton burung surga selama 3 hari/ 2 malam ditambah 1 pagi di hutan pesisir kota Sorong, kami berhasil melihat lebih dari 70 spesies burung termasuk Rainbow Bee-eater, Australian White Ibis, Papuan Black Myzomella, Shining Flycatcher, Yellow-faced Myna, Emperor Fairywren dan masih banyak lagi. 

ekowisata raja ampat
Wisata Pengamatan Burung Tropis di Raja Ampat

Saya membawa binocular ed lens 10×50 yang dipasang di sebuah tripod untuk meningkatkan kualitas pengamatan burung selama tur di Raja Ampat dan Sorong. 

Oh, iya, untuk para pembaca yang penasaran untuk menyaksikan seperti apa Burung Cendrawasih Merah menari, silahkan menyaksikan video klip singkat di atas. Video itu saya buat di tur yang sebelumnya. Semoga terhibur dan bermanfaat. 

Mari kita lestarikan hutan hujan tropis karena gas CO2 yang diserapnya, dan oksigen yang dihasilkannya bermanfaat bagi seluruh mahluk hidup di dunia ini. 🙏

Also read:

Birding in North Sulawesi

Thursday, May 4, 2023

Tours of Snorkeling and Wildlife Watching in Raja Ampat

Recently I often go to Raja Ampat islands of Indonesia to guide tourists who want to enjoy snorkeling in coral reef and wildlife watching in the forest. The destination that I like to visit is Waigeo island and its surroundings. 
snorkeling in coral reef
Coral Reef Snorkeling Tour in Raja Ampat

Wildlife Watching Tours
There are several important places that I often visit with my clients. Some of them include: the rainforest of Southern Waigeo, the islands of Mioskon, Merpati, Urai and even to Piaynemo islands. Tropical birds, monitor lizards, snake, cucus, beetles and butterflies, crabs, are animals that we often see during the trips.
To enhance the wildlife watching experience my clients, I bring a pair of 10×50 binoculars that is mounted on a tripod. I often use green light laser pointer to accurately locate birds and other wild animals that perch branches or twigs of trees in the forest. 
The usual times to watch tropical birds are from 06:00 to 09:30 in the mornings and from 15:00 to 18:30 in late afternoons. 
For watching Red Birds of Paradise (also called Cendrawasih Merah) and Wilson's Bird of Paradise (Cendrawasih Wilson), we usually leave for the forest at 05:00. 
birding in Waigeo island
Wildlife Watching Tour in Raja Ampat

I use my old camera Fujifilm HS50EXR to take pictures of the birds and wild animals that I see during the rainforest tours. In my recent trip with 9 American visitors, I took pictures of birds such as Papuan Frogmouth, Sulphur-crested Cockatoo, Eclectus Parrot, Pinon Imperial Pigeon, Spice Imperial Pigeon, Beach Kingfisher, Sacred Kingfisher and Eclectus Parrot.
The wildlife watching tour is conducted by boat to Urai island and the beaches in Kabui bay. The wildlife watching tour by boat can be combined with snorkeling tour. 
Snorkeling Tour
Raja Ampat islands have got a lot of spots for snorkeling. Some of them include Mioskon island, Friwen Wall, Arborek, Yenbuba and Sawondarek. I use Fujifilm XQ2 with its underwater housing to take pictures of the marine life. Anemonefish, grouper, trevally, moorish idol, sweetlips are some of the many reef fishes that we can see in the waters of Raja Ampat. 
Duration of Tour and Its Extention in Mainland of West Papua
The duration of Wildlife Watching and Snorkeling Tour in Raja Ampat can be as short as 3 days/ 2 nights to as long as 7 days/6 nights. 
The snorkeling and wildlife watching tour in Raja Ampat islands can be added with an extended tour in Tambrauw regency or in Sorong regency. 
vacation in indonesia
Snorkeling, sightseeing and wildlife watching tour in Raja Ampat

Entry Point
Sorong city is the entry point for visitors who want to travel to Raja Ampat. There are regular daily flights from Jakarta or Denpasar Bali as well as Manado city of Indonesia.
Contacts
If you plan to take tours of rainforest wildlife watching and coral reef snorkeling in Raja Ampat, please, and want me to organize your tour and guide you, please, contact me (Charles Roring) by email to: peace4wp@gmail.com or by send text message to my whatsapp: +6281332245180.

Tuesday, May 2, 2023

Night Walk in the Forest of Sorong regency with a Singaporean Visitor

I have just finished conducting night walk in the forest of Malagufuk village in Sorong regency of Indonesia with a Singaporean tourist. We walked along the boardwalk and were able to see various kinds of animals. Some of them were Cuscus, Papuan Frogmouth, Papua  Boobok, and wallaby. There was a white-lipped  Local villagers accompanied us during the rainforest tour. We started at 20:00 local time shortly after dinner.  

I was quite happy with the result of the night walk because take pictures of the wild animals using my old camera Fujifilm HS 50EXR. Using the old bridge camera whose image sensor was small was very challenging especially in lowlight condition. Here are some of the animals that I saw.


cuscus

If you are interested in taking this rainforest wildlife watching tours, please contact me by sending WA message to: +6281332245180.


Friday, February 24, 2023

PERJALANAN WISATA PENGAMATAN BURUNG DAN SATWA LIAR DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT DAN WAY KAMBAS

Sebuah Laporan Perjalanan oleh Charles Roring

Pulau Sumatra adalah salah satu destinasi pengamatan burung dan satwa liar yang penting di Indonesia. Menurut website Avibase, ada sekitar 775 spesies yang secara ilmiah telah dicatat di sana. Dari jumlah itu, ada 31 spesies yang endemik dan 74 spesies yang terancam di dunia. 

Black and Crimson Oriole, Asian Fairy Bluebird dan Barred Cuckoo Dove

Mulai tanggal 18 sampai 23 Februari 2023, saya berkesempatan untuk memandu 2 wisatawan Eropa, Tuan Karsten dan Nyonya Sheila. Mereka adalah pengamat burung dan satwa liar yang tinggal di Jerman. 

Lokasi pertama yang kami tuju adalah Taman Nasional Kerinci Seblat. Untuk mencapainya, saya harus terbang dari Manokwari ke Jakarta. Karena hari sudah sore, saya masih harus menginap di Hotel Orchardz Jakarta selama 1 malam dan selanjutnya ke Padang - Provinsi Sumatra Barat keesokan harinya. Setelah menginap 1 malam di Hotel Daima, saya kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan kendaraan minibus ke Desa Kersik Tuo di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Di sana, saya bertemu dengan Pak Subandi dan menginap di pondok wisata (homestay) miliknya. Kedua wisatawan Eropa tersebut datang beberapa jam kemudian dan menginap di Hotel Bintang Kerinci. 

Daerah dataran tinggi Kerinci terutama di Kecamatan Kayu Aro sudah sangat terkenal sejak zaman Belanda sebagai sentra produksi kopi Arabica dan teh hitam.   

pemandangan perkebunan teh di desa kersik tuo
Gunung Kerinci menyemburkan abu vulkanik

Di seberang jalan tempat kami menginap, hamparan luas kebun-kebun teh dan sayuran menjadi latar depan bagi Gunung Kerinci yang menjulang tinggi ke angkasa. Di pagi hari ketika kami berada di sana, gunung api itu nampak menyemburkan abu, namun nampaknya aktivitas vulkanik tersebut hanya sebentar saja.  Oleh karena itu, kami tetap bisa menjalankan aktivitas pengamatan burung di hutan kaki Gunung Kerinci dengan aman.

Perjalanan wisata ini diselenggarakan oleh Vacation Indonesia Tours (VIT Tours). 

birdwatching in sumatra
Black-browed Barbet

Selama berada di Kerinci, kami dibantu oleh pemandu lokal yang sudah berpengalaman yakni Bapak Subandi dan anaknya Budi. Mereka telah bertahun-tahun memandu wisatawan pengamat burung yang datang dari berbagai penjuru dunia ke Sumatra Barat dan Jambi. 

Dari kiri pada posisi membelakangi kamera Budi dan Pak Subandi
Ibu Sheila dan Bpk. Karsten - wisata pengamatan burung di Jalan Tapan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Provinsi Jambi

Waktu terbaik untuk mengamati burung adalah di pagi dan sore hari. Burung-burung yang sempat kami lihat dan identifikasi adalah Sumatran Trogon, Scarlet Minivet, Golden Babbler dan White-throated Fantail. Ada juga burung-burung umum di lahan pertanian milik petani seperti Cattle Egret, Long-tailed Shrike, Black-winged Kite, dan Barn Swallow. Selain burung, ada juga kupu-kupu, dan tupai yang sempat kami dapati ketika menyusuri jalan setapak di lereng Gunung Kerinci. 

Fire-tufted Barbet - Burung Takur Api
Fire-tufted Barbet

Aktivitas wisata pengamatan burung dan satwa liar kami lakukan pula di sore hari terutama di Rawa Bento. Kami menggunakan perahu motor yang dikemudikan oleh warga setempat. Selama menyusuri sungai kecil di rawa itu, kami berhasil melihat beberapa spesies burung yang menarik seperti Common Myna, Purple Heron, Cattle Egret, Grey Wagtail, Barn Swallow, Wood Sandpiper, dan lain-lain.

Kerbau, monyet ekor babi adalah mamalia yang umum terdapat di sana. 

Southern Pig-tailed Macaque
Monyet Selatan Ekor Babi (Southern Pig-tailed Macaque)

Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke kota Sungai Penuh dan melakukan aktivitas pengamatan burung maupun satwa liar di sepanjang Jalan Tapan. Berbagai jenis burung Sumatra dapat diamati dengan mudah sambil menyusuri jalan yang berkelok-kelok di pinggir tebing. Kami melihat Hill Prinia, Black-browed Barbet, Yellow-eared Spiderhunter, Little Spiderhunter, Sumatran Trogon, Fire-tufted Barbet, Sumatran Treepie, Sunda Forktail, Graceful Pitta, Black-headed Bulbul, Black and Crimson Oriole, Orange-bellied Flowerpecker, Long-tailed Broadbill, Asian Fairy Bluebird, Wreathed Hornbill, dan masih banyak lagi. Jalan Tapan adalah lokasi pengamatan burung (birding) dan satwa liar yang sangat direkomendasikan bagi para pencinta alam. 

Kami kembali ke Padang di hari berikutnya dengan menaiki Toyota Avanza yang dikemudikan oleh Oky. Di sepanjang jalan, kami berhenti beberapa kali untuk mengamati burung termasuk di tepi pantai untuk mencari plover, tern, dan frigatebird. Warga membangun gedung-gedung besar untuk dijadikan rumah burung walet (Edible-nest Swiftlet) yang akan dipanen sarangnya. Sarang tersebut dibuat oleh burung menggunakan salivanya. Sarang itu dijadikan sebagai makanan terutama oleh masyarakat Tionghoa. Indonesia mengekspor sarang burung walet ke Hongkong - China, Singapura, Vietnam, Malaysia dan berbagai negara lainnya di seluruh dunia.

Keesokan paginya (22 Feb. 2023), kami melanjutkan perjalanan dari Padang ke Lampung dengan Batik Air melalui Jakarta. 

Taman Nasional Way Kambas adalah destinasi wisata pengamatan flora fauna yang sudah terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Sayang sekali, taman nasional ini masih ditutup sehingga wisatawan belum bisa beraktivitas di dalamnya. Sebagai gantinya, kami melakukan aktivitas pengamatan satwa hanya di sepanjang tepian hutan sambil menyusuri kebun singkong dan hutan karet. Di sore dan malam hari kami dipandu oleh local guide Hariyono dan Angga serta Moko. Selama night birding, kami melihat Sunda Scops Owl dan Large-tailed Nightjar. Di pagi hari, aktivitas pengamatan burung tetap dipandu oleh Hariyono dan Angga. Ada banyak burung yang hinggap di cabang dan ranting pohon seperti Blue-throated Bee-eater, Brown-throated Sunbird, Red-throated Barbet, Yellow-vented Bulbul, Ashy Tailorbird, Brown Shrike, Plaintive Cuckoo, Sunda Pygmy Woodpecker, Collared Kingfisher, Javan Munia, dan Black-bellied Malkoha, Collared Kingfisher, Sooty-headed Bulbul, Zebra Dove, Spotted Dove, Orange-belied Flowerpecker, serta masih banyak lagi.  

Saya, Bpk. Karsten dan Ibu Sheila dan pramuwisata lokal Hariono saat melakukan aktivitas pengamatan burung dan satwa liar di Way Kambas Sumatra. - Foto oleh Angga

Setelah makan siang, aktivitas selanjutnya dilakukan dengan menyusur sungai menggunakan speedboat yang dipandu oleh Hariyono. Ia adalah birding guide yang sudah dikenal di kalangan para pengamat burung domestik maupun manca-negara yang berkunjung ke Way Kambas. Keesokan harinya (24 Feb 2023), kami berangkat ke Jakarta.

Secara pribadi, ini adalah perjalanan wisata pertama saya ke Sumatra. Keindahan alam, keramahan masyarakat serta keunikan budaya di Sumatra telah meninggalkan kesan yang baik bagi saya dan wisatawan yang telah berkunjung ke sana. Semoga di masa datang, jumlah wisatawan yang berlibur di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Way Kambas bisa terus bertambah, sehingga bisa membuka kembali lapangan pekerjaan bagi para pramuwisata lokal yang sempat terhenti selama 2 tahun, sebagai akibat dari Pandemi Covid-19. 

Kamera

Untuk memotret burung, saya menggunakan kamera bridge bekas Fujifilm HS50EXR yang optical zoomnya adalah 42× atau setara dengan lensa 35 sepanjang 1,000 mm. Karsten menggunakan kamera yang lebih bagus yakni Nikon Coolpix P1000 yang memiliki optical zoom 125× yang setara dengan lensa 35 dengan panjang 3,000 mm. Para pengamat burung di seluruh dunia menyukai kamera Nikon P1000 karena bisa memotret burung di pepohonan yang tinggi. Kamera ini bisa juga memotret obyek yang dekat seperti serangga atau bunga. Karena ukuran sensornya yang kecil maka foto yang dihasilkan tidak bisa diperbesar terlalu banyak. 

Binoculars

Teropong dua barrel (binoculars) adalah peralatan pengamatan flora fauna yang sangat diperlukan ketika kita berada di hutan. Yang saya rekomendasikan adalah Nikon Action EX 10×50CF.

Semoga tulisan di atas dapat menambah kecintaan dan komitmen kita terhadap keindahan dan upaya-upaya pelestarian alam. 

Tas Ransel 

Kebanyakan guide membawa tas ransel sebagai tempat untuk mengisi kamera, air minum, binocular, hp, laser pointer, senter, portable mini loudspeaker untuk pemanggilan burung, dan lain-lain. Saat ini tas ransel bisa dengan mudah dibeli lewat market place. Salah satunya adalah: Ransel 35L Guanhua.

Semoga artikel ini bisa semakin meningkatkan kecintaan kita pada keindahan alam dan kepedulian kita terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup terutama hutan hujan tropis. 

Monday, February 13, 2023

Wisata Snorkeling di Kepulauan Raja Ampat

Saya sering sekali berkunjung ke Raja Ampat untuk memandu wisatawan yang umumnya adalah dari mancanegara. Kegiatan kami beragam. Ada pengamatan burung dan satwa liar di sepanjang pesisir pantai dan hutan, ada juga aktivitas kunjungan ke pulau-pulau terpencil serta snorkeling di perairan yang ada terumbu karangnya. 

Ada banyak sekali spot snorkeling di Raja Ampat. Lokasi yang paling sering saya kunjungi adalah di Friwen, pulau-pulau Urai, perairan pesisir selatan Waigeo, Tanjung Kri, Pulau Mansuar, Sawondarek serta Pulau Mamiaef dan Pulau Waim di Kampung Urbinasopen, Waigeo. 

ekowisata bahari
Snorkeling in Raja Ampat

Terumbu Karang

Saya biasanya memotret terumbu karang, bintang laut dan ikan-ikan yang berenang ria di sela-sela bebatuan karang yang beragam bentuk dan warnanya. Ada mahluk laut lainnya yang menarik untuk diabadikan dengan kamera bawah laut seperti: bintang laut, "pohon natal." Bintang laut sendiri ada beragam jenis dan warnanya. "Pohon natal" sebenarnya adalah cacing laut (Spirobranchus giganteus) berukuran kecil yang hidup di permukaan bebatuan karang di perairan terumbu karang. 

Pohon Natal Laut
 Cacing "Pohon Natal"

Ketika sedang snorkeling, saya merasakan seakan-akan berada di dunia lain. Ada ikan Nemo Merah Hitam (Red and Black Anemonefish), Pink Anemonefish, ikan kakaktua serta ikan hiu karpet Tasselled Wobbegong. 

wobbegong di raja ampat
Ikan Hiu Karpet Tasselled Wobbegong di Pulau Waigeo Kab. Raja Ampat

terumbu karang di kepulauan Raja Ampat
Terumbu karang di Raja Ampat yang padat dengan berbagai spesies ikan

Perlengkapan Snorkeling

Ketika menikmati olahraga snorkeling, saya biasanya memakai kacamata bawah air (snorkeling mask), pipa napas (snorkel) dan kaki bebek (swim fins). Perlengkapan yang biasa dipakai oleh wisatawan pada umumnya adalah baju renang dan pelampung. 


kacamata selam dan pipa napas
Alat Snorkeling
Kamera

Untuk melakukan pemotretan di bawah permukaan laut, saya menggunakan kamera seperti Canon G1X, Nikon AW 130, dan Fujifilm XQ2. Saya juga pernah menggunakan Brica B-Pro5 alpha edition kamera aksi yang ukurannya lebih kecil. Perkembangan teknologi yang begitu cepat saat ini memungkinkan kita untuk membeli produk kamera yang semakin canggih dengan kualitas foto dan video yang lebih bagus.  Ada juga kamera Olympus TG-6 yang ukuran sensornya relatif sama dengan Nikon W-300. Namun demikian, Olympus TG-6 dilengkapi dengan underwater housing yang semakin melindunginya dari kebocoran air laut. Jadi kamera ini cocok untuk dipakai menyelam. Karena dilengkapi dengan underwater housing maka harganya relatif lebih mahal daripada Nikon W-300.

Olympus TG-6
Olympus TG-6

Saat memotret ikan dan terumbu karang, saya biasanya menyelam ke kedalaman sekitar 1,5 - 3 meter agar lebih dekat dengan obyek yang hendak di foto. Biasanya ikan-ikan akan menjauh ketika saya mulai turun ke dasar. Oleh karena itu, ketika sudah sampai di dasar, saya biasanya mencari batu yang bisa saya pegang dengan tangan kiri agar tidak terdorong oleh arus dan gelombang sambil tetap menjaga keseimbangan kaki yang menggunakan sepatu bebek melayang di dalam air. Ketika saya sudah dalam posisi tenang sambil menahan napas, ikan-ikan mulai mendekat lagi. Ketika itulah, saya memotret ikan dan obyek menarik lainnya yang berada di sekitar saya. Rata-rata saya hanya bisa menahan napas selama 1 menit lebih sedikit. 

jelajah pulau-pulau
Wisatawan Jerman di Laguna Insouduwer di kawasan timur Waigeo 

Selain wisata snorkeling, saya juga sering menemani wisatawan dengan perahu motor atau speedboat ke pulau-pulau untuk melihat pemandangan karst yang indah. Sinar mentari yang cerah di lautan terkadang memiliki intensitas yang cukup tinggi. Wisatawan yang kulitnya sensitif perlu mengusapkan krim pelindung kulit seperti Sunscreen Gel agar kulit tidak terbakar dan terkelupas. 

Pantai pasir putih di Pulau Waigeo
Pantai Yenandau di Pulau Waigeo Raja Ampat

Rute Penerbangan

Wisatawan yang ingin berwisata ke Raja Ampat, perlu terbang terlebih dahulu ke kota Sorong. Ini adalah ibukota Provinsi Papua Barat Daya. Setelah tiba di bandara Domine Eduard Osok - Sorong, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke kota Waisai Sorong dengan naik kapal cepat dengan durasi waktu kurang lebih 2 jam. 

wisata bahari ke Raja Ampat
Rute Penerbangan ke Kota Sorong

Ada banyak hotel di kota Sorong. Wisatawan bisa memilih untuk menginap di Swissbel, Aston, Vega, Belagri atau di hotel lain yang lebih terjangkau harganya. 

Begitu pula halnya dengan penginapan di Raja Ampat. Ada resort-resort mewah di tepi pantai yang harganya lebih dari 1 juta per malam tapi ada juga homestay atau pondok wisata yang harganya cukup terjangkau yakni sekitar 400 ribu per orang per malam.

Baik pengelola homestay dan resort membantu mengatur perjalanan wisata Anda melihat keindahan alam Raja Ampat. Ditulis oleh Charles Roring WA:+6281332245180.

Baca juga:

Wisata Pengamatan Burung Cendrawasih di Tanah Papua

Hutan hujan tropis di Tanah Papua adalah habitat alami bagi berbagai spesies burung Cendrawasih atau yang biasa disebut juga dengan istilah Burung Surga (Birds of Paradise). Hingga saat tulisan ini saya buat, menurut wikipedia, ada 45 spesies burung Cendrawasih yang tersebar di Tanah Papua (wilayah Indonesia dan PNG) dan pulau-pulau satelitnya, kepulauan Maluku serta sebagian wilayah Australia. 

wisata pengamatan satwa liar di hutan Papua Barat
Beberapa Spesies Burung Cendrawasih

Beberapa spesies yang pernah saya lihat ketika memandu wisatawan antara lain:

  • Lesser Birds of Paradise (Paradisaea minor)
  • King Bird of Paradise (Cicinnurus regius)
  • Magnificent Riflebird (Ptiloris magnificus)
  • Long-tailed Paradigalla (Paradigalla carunculata)
  • Western Parotia (Parotia sefilata)
  • Magnificent Bird of Paradise
  • Black Sicklebill (Epimachus fastosus)
  • Glossy-mantled Manucode (Manucodia ater)
  • Crinkle-collared Manucode (Manucodia chalybatus)
  • Wilson's Bird of Paradise (Diphyllodes respublica)
  • Red Bird of Paradise (Paradisaea rubra)
  • Twelve-wired Bird of Paradise (Seleucidis melanoleucus)
  • Superb Bird of Paradise (Lophorina superba)
Burung-burung tersebut tersebar di kawasan hutan dataran rendah, perbukitan hingga hutan dataran tinggi terutama di wilayah Kepala Burung hingga ke Pulau Waigeo di Raja Ampat. 



Untuk mengamati burung-burung tersebut di lokasi yang berbeda, saya biasanya menawarkan program perjalanan wisata pengamatan burung kepada turis dengan durasi 2 minggu yang mencakup kawasan hutan di Pegunungan Arfak Manokwari, Lembah Klasow di Sorong dan Tambrauw serta Pulau Waigeo. 
wisata pengamatan burung Cendrawasih di Pegunungam Arfak
Burung Western Parotia yang bisa berdansa layaknya seorang penari balet

Cendrawasih yang beragam spesies ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang suka berdansa di tanah seperti Western Parotia, dan ada juga yang suka berdansa di cabang-cabang pohon yang tinggi seperti Cendrawasih Merah (Red Bird of Paradise) dan Cendrawasih Kuning Kecil (Lesser Bird of Paradise). Burung Cendrawasih jantan suka berdansa untuk memikat pasangan betinanya.
Untuk menonton burung surga tersebut, saya, wisatawan dan warga kampung harus bangun pagi sekali dan berjalan kaki dari tempat menginap kami di kampung ke lokasi burung yang jauhnya beberapa kilometer di dalam hutan. 
Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus)
Cendrawasih Dada Biru atau Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird)

Burung Cendrawasih 12 Antena (Twelve-wired Bird of Paradise) suka bertengger di batang pohon yang menjulang tinggi. Burung 12 Antena yang jantan lebih suka berdansa sendirian. Berbeda halnya dengan Burung Cendrawasih Kuning Kecil dan Cendrawasih Merah yang suka berdansa dalam kelompok kecil berjumlah 2 sampai 5 ekor jantan, atau bahkan lebih. 
Selain burung-burung surga, ada ratusan spesies burung tropis lainnya yang hidup di hutan hujan Tanah Papua. Beberapa yang menarik untuk diamati antara lain Kakaktua Raja (Palm Cockatoo), Nuri Bayan (Eclectus Parrot), Jagal Papua (Hooded Butcherbird) dan masih banyak lagi. 
Raja Udang Pantai (Beach Kingfisher)


Peralatan Pengamatan
  • Untuk mengamati mereka, peralatan yang penting digunakan adalah teropong dua lensa (binoculars). Saat ini binoculars bisa dibeli di marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Blibli dan lain-lain. Binoculars memungkinkan wisatawan yang melakukan pengamatan bisa melihat flora dan fauna yang berada di kejauhan. 
Teropong Nikon Action EX 12×50
Teropong Nikon Action EX 12×50
  • Di samping itu juga, wisatawan pengamat burung yang ingin memotret memerlukan kamera yang dilengkapi lensa telefoto atau super-zoom lens. Saya pribadi memakai kamera D-SLR dan lensa Tamron 150-600 mm G2. Tapi karena ukurannya yang besar dan berat maka saya juga pernah memakai kamera prosumer atau bridge camera seperti Nikon P600. Model terbarunya adalah Nikon Coolpix P900 dan P1000. Ada juga kamera lama yang bagus dan baterainya awet seperti Fujifilm HS50EXR. Hingga saat ini, baru Nikon Coolpix P1000 yang memiliki zoom optikal yang mencapai 125x.
kamera superzoom prosumer
Kamera Nikon Coolpix P1000 cocok untuk pemotretan jarak jauh. 
  • Umumnya kamera berlensa telefoto memerlukan tripod agar subyek yang hendak dipotret nampak lebih stabil di layar kamera dan viewfinder. Binoculars dapat pula dipasang di atas tripod untuk memudahkan pengamatan flora dan fauna dengan gambar yang lebih stabil.
wisatawan asing di Sorong Manokwari dan Raja Ampat
Aktivitas Wisata Pengamatan Burung dan Satwa Liar
di Tanah Papua
Rute Penerbangan
Umumnya kota pertama yang menjadi pintu gerbang untuk wisata pengamatan burung dan satwa liar di Tanah Papua adalah kota Sorong
rute penerbangan ke kota Sorong di Provinsi Papua Barat Daya
Rute Penerbangan ke kota Sorong

Namun demikian, wisatawan dapat pula terbang ke Manokwari atau Jayapura. Kota lain yang bisa dituju adalah Kaimana dan Wasior.  Setiap hari ada penerbangan reguler dari kota-kota besar di Indonesia ke Sorong, Manokwari dan Jayapura. Maskapai yang melayaninya antara lain Lion Air dan Sriwijaya Air.
Tiket pesawat ke Sorong, Manokwari, dan Jayapura bisa dibeli lewat website seperti traveloka, begitu pula hotel-hotel tempat beristirahat sejenak, sebelum berangkat ke kampung-kampung yang menjadi destinasi wisata pengamatan burung surga. 

Ditulis oleh Charles Roring

Saturday, January 28, 2023

Teropong untuk Pengamatan Burung dan Satwa Liar

Saya bekerja sehari-hari sebagai pemandu turis yang tertarik dengan aktivitas pengamatan burung dan satwa liar. Daerah-daerah yang kami kunjungi adalah hutan dataran rendah di Kabupaten Sorong, hutan pesisir dan perbukitan di Raja Ampat, hutan pegunungan rendah dan tinggi di Arfak Manokwari. Terkadang saya juga memandu tamu ke luar Tanah Papua seperti ke Sulawesi Selatan (Makassar, Karaenta, Ramang-Ramang dan Malino), Sulawesi Tengah (Palu, Lore Lindu), Sulawesi Utara (Manado, Kotamobagu, Tangkoko di Bitung, dan Tomohon di Minahasa)

teropong untuk pengamatan burung dan satwa liar
Wisatawan Amerika sedang mengamati burung di Pulau Waigeo, Raja Ampat

Kebanyakan peralatan yang digunakan adalah teropong dua lensa (binoculars), kamera telefoto serta spotting scope serta laser pointer berwarna hijau. 

Teropong adalah salah satu peralatan yang penting sekali dalam kegiatan pengamatan flora-fauna maupun pemandangan alam. Mereknya bermacam-macam. Yang terkenal namun mahal harganya antara lain Swarovski, Leica, Zeiss dan Nikon. Contohnya untuk 1 buah binocular Zeiss ukuran 8×42 Terra ED, harganya di Amazon.com adalah 485.80 atau sekitar 7,27 juta rupiah. 

Umumnya, ukuran binoculars yang digunakan adalah 8×43 dan 10×42. Ada juga ukuran 10×50, 15×56. 

Desain binoculars ada 2 tipe yakni dengan prisma porro dan prisma roof. Kebanyakan binoculars tipe roof yang dipakai oleh para pengamat burung dan satwa liar karena ukurannya yang lebih kecil dan ringan serta kedap air. Ada dua jenis prisma yang umum dipakai dalam binoculars yakni Prisma bak7 dan bak4. Dari segi kualitas, prisma bak 4 memiliki kualitas penerusan cahaya yang lebih baik namun harganya lebih tinggi.

Saya menggunakan binoculars 10×50 Model SV202 dari SVBONY. Binoculars ini dilengkapi dengan prisma Bak4, dan lensa ED. Citra yang dihasilkan oleh binoculars ini cukup terang dan tajam. Saya pernah mencoba berbagai tipe binoculars yang dibawa oleh para wisatawan seperti beberapa merek terkenal tersebut di atas. Binoculars SVBONY Model SV202 ini memiliki kualitas yang cukup setara.  ED adalah singkatan dari Extra-low Dispersion. Ini adalah jenis gelas berkualitas tinggi yang mampu meneruskan sebagian besar cahaya yang masuk ke dalam binocular serta memfokuskannya ke satu titik. Dengan demikian pembiasan cahaya di titik fokus bisa dikurangi semaksimal mungkin. Hasilnya adalah citra yang dilihat oleh mata pengamat melalui lensa binoculars nampak terang dan tajam. 

Di Tanah Papua ada ratusan spesies burung yang bisa diamati. Beberapa di antaranya adalah Red-breasted Paradise Kingfisher, Rufous-bellied Kookaburra, Orange-fronted Fruit Dove, Palm Cockatoo, Spice Imperial Pigeon, Ornate Melidectes, Elfin's Myzomela, dan masih banyak lagi. 

Coconut Lorikeet (Trichoglossus haematodus)
Coconut Lorikeet
Untuk mengamati burung-burung yang indah tersebut, penggunaan binocular atau teropong 2 lensa adalah hal yang mendasar.  

Nah, jika ada dari Anda sekalian yang membaca artikel ini tertarik membeli binocular yang saya sebut di atas, silahkan lihat binocular tersebut di sini: SVBONY SV202 binoculars.

Aktivitas pengamatan burung, kupu-kupu, kadal, biawak dan berbagai jenis flora dan fauna dapat meningkatkan kecintaan kita pada alam semesta. Hal tersebut bermanfaat sekali dalam mendorong upaya kita semua untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap terjaga bagi generasi masa sekarang maupun masa depan.