Monday, August 16, 2021

Cendrawasih Botak

Cendrawasih Botak adalah nama salah satu spesies burung surga yang hidup di beberapa pulau besar di Kepulauan Raja Ampat. Dalam Bahasa Inggris, burung ini dikenal dengan sebutan Wilson's Bird of Paradise (Diphyllodes respublica).
Cendrawasih Botak atau Wilson's Bird of Paradise
Cendrawasih Botak
Ukuran badannya lebih kecil dibandingkan spesies burung-burung surga lainnya seperti Black Sicklebill yang hidup di daerah Kepala Burung atau Red Bird of Paradise di Waigeo, Gam dan Batanta di Kabupaten Raja Ampat.
Waktu terbaik untuk mengamati burung Cendrawasih Botak adalah di pagi hari dari jam 06:00 sampai 09:00. Kadang-kadang jika cuacanya baik dan saat musim kawin tiba, burung jantan akan datang lebih awal ke tempat dansanya sekitar jam 05:00 dan mulai memanggil - manggil pasangan betinanya. Cendrawasih Botak betina tidak memiliki warna bulu seindah sang jantan. Sebagian besarnya adalah coklat dengan kepala botak biru mirip jantan. Bagian dada dan perut sang betina adalah krem muda bergaris-garis coklat tua. 
Wilson's Bird of Paradise (Cicinnurus respublica)
Cendrawasih Botak/ Wilson's Bird of Paradise
Cendrawasih Belah Rotan
Secara fisik burung Cendrawasih Botak memiliki bentuk yang mirip dengan burung Magnificent Bird of Paradise (Diphyllodes magnificus) atau Cendrawasih Belah Rotan yang bisa kita temukan di berbagai hutan perbukitan di dataran utama dari Tanah Papua di ketinggian sekitar 1.300 - 1.500 meter di atas permukaan air laut. Di Pegunungan Arfak - Manokwari, nama lokal burung tersebut adalah Knang. Warna burung Knang adalah kuning, coklat, dan hijau; sangat berbeda dengan burung Cendrawasih Botaknya Raja Ampat. Ukuran badan burung Knang juga sedikit lebih besar.
Burung Cendrawasih Knang / Magnificent Bird of Paradise (Diphyllodes magnificus)
Burung Cendrawasih Belah Rotan
Baik Knang dan Cendrawasih Botak merupakan target penting di kalangan para wisatawan pengamat burung. 
Umumnya, di berbagai lokasi wisata pengamatan burung Surga ini, warga membuat pondok pengamatan berukuran kira-kira 2,5 meter × 6 meter dengan rangka terbuat dari kayu serta dinding dari daun-daunan. Gubuk itu tertutup rapat dengan sisi yang menghadap tempat burung berdansa dibuatkan beberapa lubang untuk penempatan kamera atau sebagai lubang pengamatan. Bangku sederhana terbuat dari kayu dipasang di dalam pondok. 
Beberapa tahun belakangan ini, habitat burung surga tersebut semakin terancam karena perluasan lahan pemukiman masyarakat, pembuatan jalan raya yang menembus hutan serta konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan masyarakat. 
Baca juga:

No comments:

Post a Comment