Pages

Thursday, August 26, 2021

Burung Cendrawasih Parotia Barat di Hutan Manokwari

Burung Cendrawasih adalah daya tarik wisata alam yang terkenal di berbagai negara. Salah satu destinasi pengamatan burung surga ini adalah Kabupaten Manokwari. Sebelum Pandemi Covid-19, ada ratusan wisatawan domestik maupun internasional yang datang untuk mengamati burung-burung Cendrawasih tersebut. 

Dalam Bahasa Inggris, burung Cendrawasih lebih dikenal dengan istilah Birds of Paradise atau Burung Surga. Menurut Wikipedia, ada 42 spesies yang dikenal dalam dunia sains dan sebagian besar hidup di Tanah Papua. 

Sebagai salah satu destinasi penting wisata pengamatan burung surga, ada beberapa lokasi yang dituju oleh wisatawan pengamat burung dan satwa liar ketika menjelajah hutan-hutan di Kabupaten Manokwari. Beberapa di antaranya adalah:

  • Hutan Susnguakti - Hutan ini terletak di sebelah timur Pegunungan Arfak dan merupakan habitat alami bagi Cendrawasih Kuning Kecil (Lesser Birds of Paradise), Cendrawasih Raja (King Bird of Paradise), Cendrawasih Dada Biru atau Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird), Glossy-mantled Manucode, dan lain sebagainya. 
Western Parotia (Parotia sefilata)
Burung Parotia Barat
  • Hutan Soyti - Hutan ini terletak di Distrik Mokwam dan merupakan habitat alami bagi burung Parotia Barat, Vogelkop Superb Bird of Paradise, Burung Black Sicklebill, Cendrawasih Belah Rotan atau dalam bahasa lokal disebut Knang (Magnificent Bird of Paradise) dan Lesser Bird of Paradise, Long-tailed Paradigala, dan lain-lain.
  • Hutan Syioubri juga adalah kawasan hutan di Distrik Mokwam yang sangat terkenal dengan wisata pengamatan burung di mana jumlah spesiesnya mirip dengan yang terdapat di hutan Soyti. Burung-burung di Hutan Soyti, Syioubri dan kawasan pegunungan tinggi dari Arfak memiliki tingkat endemisitas yang tinggi sekali sehingga menarik perhatian dunia.
Hutan di elevasi ini juga merupakan habitat alami berbagai spesies burung lainnya seperti Kumkum Pegunungan (Papua Mountain Pigeon), beberapa spesies burung hantu, burung wajah emas (golden face), dan masih banyak lagi.
Selain itu pula, kawasan lain di Manokwari yang dikunjungi oleh wisatawan manca negara adalah Hutan Mesirrokow yang  terletak di Pantai Utara Manokwari. Karena jalan mobil tidak tersedia maka kawasan hutan ini tidak terlalu diketahui oleh wisatawan lokal. 
Western Parotia Bird of Paradise
Parotia Barat sedang berdansa
Wisatawan yang berkunjung ke hutan-hutan tersebut di atas selalu didampingi oleh masyarakat lokal sehingga manfaat ekonomi mereka juga bisa dirasakan. Mereka bisa bekerja sebagai porter, pemandu, penyedia jasa homestay, penjual buah dan sayuran. 
Di seluruh Tanah Papua, ada ratusan kawasan hutan yang menjadi lokasi pengamatan Burung Surga, beberapa di antaranya akan saya bahas di kesempatan lain. Yang jelas, wisata pengamatan burung ini cukup bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga memotivasi warga setempat, masyarakat umum dan pemerintah untuk saling mendukung dalam melestarikan hutan hujan tropis tersebut.
Perlengkapan Pengamatan Burung dan Satwa Liar (Wildlife Watching Equipment)
Rata-rata wisatawan pengamat burung dan satwa liar membawa peralatan seperti binocular, spotting scope dan kamera d-slr dengan lensa panjang. Ada juga yang membawa laser pointer dengan cahaya berwarna hijau untuk memudahkan penunjukkan satwa yang hendak diamati. Buku panduan lapangan yang dibawa adalah Birds of New Guinea karya Bruce Beehler dan Thane K. Pratt atau buku lain dengan judul serupa yakni Birds of New Guinea including Bismarck Archipelago and Bougainville karya Phil Gregory. 
Ini ditulis oleh Charles Roring.

Baca juga

Monday, August 23, 2021

Having a Balanced Life by Living Close to Nature

During this covid pandemic, we need to make sure that our immune system is able to resist the spread of virus or bacteria in our body. We can do it by doing regular exercises preferably not indoor but in outdoor environment so that we will be fully exposed to direct sunlight as well as clean air from the surrounding trees. 
track and field exercise in Indonesia
A football field near a forest
I live in Manokwari. It is a tropical coastal city in West Papua. It is not a metropolitan like Manila or Jakarta. There are still a lot of green trees and even forest inside the city. People still have some trees at the back, side or front yards of their houses. These trees often produce tropical fruits such as coconut, papaya, avocado, mango and bread-fruit. In certain parts of the city where the houses are fewer, people grow banana, tomato, lemon grass, corn, kangkung (water spinach), singkong or cassava,  lettuce vegetables in a lot of  small vegetable patches for their own personal consumption. 
I like doing afternoon walk around a soccer field. The field is located at the foot of Table mountain. The mountain itself is covered by densed tropical rainforest. The fresh air which the forest emits every day creates a very pleasant atmosphere for people who live near it. 
traveling and snorkeling in raja ampat
I and two American visitors whom I guided in Raja Ampat
Before the covid pandemic, I worked as a tourist guide. Outdoor environment was my 'office'. In other words, I worked close to nature. My monthly income might be lower that those who worked in office buildings in big cities but I felt very healthy at that time.

Monday, August 16, 2021

Cendrawasih Botak

Cendrawasih Botak adalah nama salah satu spesies burung surga yang hidup di beberapa pulau besar di Kepulauan Raja Ampat. Dalam Bahasa Inggris, burung ini dikenal dengan sebutan Wilson's Bird of Paradise (Diphyllodes respublica).
Cendrawasih Botak atau Wilson's Bird of Paradise
Cendrawasih Botak
Ukuran badannya lebih kecil dibandingkan spesies burung-burung surga lainnya seperti Black Sicklebill yang hidup di daerah Kepala Burung atau Red Bird of Paradise di Waigeo, Gam dan Batanta di Kabupaten Raja Ampat.
Waktu terbaik untuk mengamati burung Cendrawasih Botak adalah di pagi hari dari jam 06:00 sampai 09:00. Kadang-kadang jika cuacanya baik dan saat musim kawin tiba, burung jantan akan datang lebih awal ke tempat dansanya sekitar jam 05:00 dan mulai memanggil - manggil pasangan betinanya. Cendrawasih Botak betina tidak memiliki warna bulu seindah sang jantan. Sebagian besarnya adalah coklat dengan kepala botak biru mirip jantan. Bagian dada dan perut sang betina adalah krem muda bergaris-garis coklat tua. 
Wilson's Bird of Paradise (Cicinnurus respublica)
Cendrawasih Botak/ Wilson's Bird of Paradise
Cendrawasih Belah Rotan
Secara fisik burung Cendrawasih Botak memiliki bentuk yang mirip dengan burung Magnificent Bird of Paradise (Diphyllodes magnificus) atau Cendrawasih Belah Rotan yang bisa kita temukan di berbagai hutan perbukitan di dataran utama dari Tanah Papua di ketinggian sekitar 1.300 - 1.500 meter di atas permukaan air laut. Di Pegunungan Arfak - Manokwari, nama lokal burung tersebut adalah Knang. Warna burung Knang adalah kuning, coklat, dan hijau; sangat berbeda dengan burung Cendrawasih Botaknya Raja Ampat. Ukuran badan burung Knang juga sedikit lebih besar.
Burung Cendrawasih Knang / Magnificent Bird of Paradise (Diphyllodes magnificus)
Burung Cendrawasih Belah Rotan
Baik Knang dan Cendrawasih Botak merupakan target penting di kalangan para wisatawan pengamat burung. 
Umumnya, di berbagai lokasi wisata pengamatan burung Surga ini, warga membuat pondok pengamatan berukuran kira-kira 2,5 meter × 6 meter dengan rangka terbuat dari kayu serta dinding dari daun-daunan. Gubuk itu tertutup rapat dengan sisi yang menghadap tempat burung berdansa dibuatkan beberapa lubang untuk penempatan kamera atau sebagai lubang pengamatan. Bangku sederhana terbuat dari kayu dipasang di dalam pondok. 
Beberapa tahun belakangan ini, habitat burung surga tersebut semakin terancam karena perluasan lahan pemukiman masyarakat, pembuatan jalan raya yang menembus hutan serta konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan masyarakat. 
Baca juga:

Saturday, August 14, 2021

Keindahan Burung Cendrawasih

Burung Cendrawasih terkenal dengan keindahan warnanya. Kebanyakan masyarakat umum mengenal satu atau dua spesies saja seperti Cendrawasih Kuning Kecil (Lesser Birds of Paradise) di dataran utama Pulau Papua dan Cendrawasih Merah (Red Bird of Paradise) yang hidup di beberapa pulau besar di Raja Ampat. Sebenarnya dalam dunia sains, berdasarkan artikel di wikipedia, ada 42 spesies.

Seekor Cendrawasih Kuning Kecil Jantan dan dua ekor betina
Keindahan warna Cendrawasih Kuning Kecil akan nampak jelas ketika kita melihatnya di pagi hari saat beberapa ekor jantan berdansa untuk memperebutkan betina. Burung Cendrawasih Jantan yang menang akan bisa kawin dengan pasangan betinanya. Kadang kala, sang jantan bisa kawin dengan beberapa ekor betina. Burung Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) dalam perilaku kawinnya adalah poligami. 
Aktivitas dansa dan kawin umumnya berlangsung di pagi hari dari jam 06.00 sampai sekitar jam 09.00 atau lebih serta di sore hari mulai 15.00 hingga 17.30 sore hari. 
Sinar matahari yang menembus celah-celah pohon dan mengenai sekujur tubuh burung-burung surga tersebut akan membuat warna kuning, putih, hijau dan coklat semakin kontras dan cerah. Keindahan burung Cendrawasih yang dipadu dengan tari-tarian alamnya di dahan-dahan pohon yang tinggi tersebut memukau setiap orang yang menontonnya. 
Para wisatawan pengamat burung sangat suka menonton Burung Cendrawasih.  Mereka akan membawa binoculars dan kamera telefoto untuk melihat dan memotret atau membuat video burung tersebut. 
Wilson's Bird of Paradise (Diphyllodes respublica)
Wilson's Bird of Paradise
Sebenarnya, tidak semua spesies burung surga memiliki warna bulu kuning keemasan. Ada yang juga yang berwarna hitam mengilap seperti Black Sicklebill dan Western Parotia serta yang berwarna merah dan putih seperti Burung Surga Raja (King Bird of Paradise). Ada juga yang berwarna biru seperti Blue Bird of Paradise. Di Kepulauan Raja Ampat, ada Wilson's Bird of Paradise yang bulunya berwarna-warni dan di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Cendrawasih Botak. Burung Cendrawasih sebagian besar bisa ditemukan di Tanah Papua (Papua New Guinea dan West Papua yang terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat). 
Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird)
Burung Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird)
Tetapi ada sejumlah spesies yang bisa ditemukan di daerah lain seperti Wallace Standard Wing di Halmahera, Greater Bird of Paradise di Kepulauan Aru dan Victoria's Riflebird di Benua Australia.
Di Indonesia, burung Cendrawasih adalah satwa yang dilindungi. Fungsinya sebagai penyebar biji-bijian dari buah yang dimakannya penting bagi kelangsungan hidup hutan hujan tropis. Burung Cendrawasih juga banyak dipakai sebagai nama lembaga pendidikan, toko, perusahaan, gedung-gedung pemerintah maupun swasta. Hal yang sama juga kita temukan di berbagai lirik lagu, puisi hingga cerita-cerita rakyat. 
Habitat Burung Cendrawasih semakin berkurang karena perluasan pemukiman manusia, pembukaan lahan pertanian dan perkebunan, pembukaan jalan raya ke berbagai daerah terpencil, aktivitas penebangan logging hingga pertambangan. 
Kita perlu lebih sungguh-sungguh lagi melindungi satwa burung surga ini, dan melestarikan ekosistem hutan hujan tropis, agar generasi sekarang maupun yang akan datang, tetap bisa melihat tari-tarian Burung Cendrawasih dengan kemilau warna bulunya yang indah. Ditulis oleh Charles Roring.

Tuesday, August 10, 2021

Wildlife Watching Tour in the Forest of Sorong Regency

Klatomok is a small village in Sorong regency of West Papua. It is a great destination for visitors who are interested in seeing the flora and fauna of tropical rainforest. It is easy to travel to Klatomok village from Sorong city.
The village is located in Klasow Valley around 2 hours ride by 4WD car from Sorong city. 
Western Crowned Pigeon in Klasouw Valley
Western-crowned Pigeon

Wildlife watching in Klatomok village of West Papua
Klatomok Village in the forest of Klasow valley of Sorong regency
Visitors who go there usually spend at least 3 days/ 2 nights in the village to explore the forest in the valley and in the mountains. They stay in the houses of the villagers. There are mattresses, mosquito nets, and toilets. The homestays are not luxurious accommodations which visitors usually find in famous tourist destinations. But they are good enough for simple living in the forest. Visitors bring camera with telephoto lens, binoculars, and spotting scope. When they go hiking, they will be able to see various species of birds, reptiles, insects and sometimes mammals. 

European tourists in Klatomok village of Sorong regency
European tourists in Klatomok village of Sorong regency

Wallaby, deer, cuscus possum are typical animals that can be found in the forest of Klasow valley. Visitors who like birdwatching can easily watch birds early in the mornings and in the afternoons around the edges of the village and along the road the connects the village and Sorong city. Some of the birds which birders can see in the forest of Klatomok village include Palm Cockatoo, Sulphur-crested Cockatoo, Red-cheek Parrot, Large Fig Parrot, Yellow-capped Pygmy Parrot, Black-capped Lory, Black Lory,  Pinon Imperial Pigeon, Western-crowned Pigeon, Pink-spotted Fruit Dove, Wompoo Fruit Dove, Orange-bellied Fruit Dove, Magnificent Riflebird, King Bird of Paradise, Northern Cassowary, Hooded Butcherbird, Dollarbird, Brahminy Kite, Variable Goshawk, Rufous Owl, Shining Flycatcher, Red-breasted Paradise Kingfisher, Sacred Kingfisher, Common Paradise Kingfisher, Azure Kingfisher, Yellow-billed Kingfisher, Lowland Peltop, and a lot more. 
There is a small river near the village where visitors can go to take a bath during warm days. 
stream in tropical rainforest
Small stream in the forest near Klatomok village

First, visitors need to buy food from local traditional market and supermarket, after that they can charter a 4WD pick-up car to bring them to Klatomok village. Arriving in the village, visitors can meet local villagers who will be happy to receive and provide homestays for them.
Swiss tourists were guided by Kostan Magablo in Klasouw valley of Sorobg regency
Local guide Kostan Magablo was guiding Swiss tourists in Klasouw Valley

Sometimes women from the village go to the forest to extract sago starch from its tree trunk. First, they have to cut the tree, after that they will clean the fallen trunk, split it to expose its pith. Mothers will use simple axes to pulverize the pith. 
They remove the pith little by little and knead it by hand using water from a nearby river to extract the sago starch. 
Visitors can try pulverizing the pith or kneading the pith to squeeze out the starch. The starch that is collected in palm leaf containers will later be taken to the village to be consumed as staple food. The starch can be baked to make bread or boiled to make papeda. 
Papuan women in the village manually weave pandanus leaves to make mattresses, and bags. They also use plant fibers to make string net bags which are locally called noken.
map of West Papua province in the Republic of Indonesia
Klatomok village is in the east of Sorong city
Here is the map location of Klatomok village. It is a highly recommended destination for nature lovers who fly to Sorong city before or after their trip to Raja Ampat islands.

Saturday, August 7, 2021

Pulau Mansinam dan Daya Tarik Wisatanya

Sebelum Pandemi Covid mencapai Tanah Papua, Pulau Mansinam hampir setiap hari dikunjungi oleh wisatawan lokal, dalam negeri dan manca negara. Mereka berkunjung untuk melihat situs pekabaran Injil yang pertama kali di Tanah Papua. Pada 5 Februari 1855, dua orang misionaris Jerman yakni C.W. Ottow dan J.G. Geissler mendarat di Pulau Mansinam untuk mengabarkan Injil kepada masyarakat asli Papua. Perjuangan mereka cukup berat dan selanjutnya diteruskan oleh para missionaris dari Belanda. 

Pulau Mansinam di Papua Barat
Pulau Mansinam dan Daya Tarik Wisatanya

Setiap tahun, pada tanggal 5 Februari, masyarakat di Provinsi Papua dan Papua Barat merayakan hari peringatan Pekabaran Injil secara meriah. Ribuan orang dari berbagai tempat di Tanah Papua, dari daerah-daerah di Indonesia dan bahkan dari luar negeri berkunjung ke Manokwari dan Pulau Mansinam. Pawai budaya diadakan di sepanjang jalan-jalan utama kota Manokwari. Para peserta banyak yang mengenakan pakaian tradisional dan memperagakan berbagai tarian adat yang menarik. 

Banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke Manokwari dan Pulau Mansinam untuk menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Pekabaran Injil tersebut. 

Atraksi Ekowisata

Selain atraksi wisata religi, Pulau Mansinam memiliki pantai-pantai berpasir putih yang mengitarinya. Perairan pantai yang jernih memungkinkan wisatawan untuk berenang dan menikmati aktivitas snorkeling di atas gugusan terumbu karang yang berwarna-warni. Berbagai spesies ikan hidup di sana. Beberapa di antaranya adalah: Striped Surgeonfish, Convict Surgeonfish, Pink Anemonefish, Butterflyfish, Moorish Idol, dan masih banyak lagi. Wisatawan yang hendak menikmati olah raga snorkeling di sana hendaknya membawa peralatan sendiri seperti mask (kaca mata selam), snorkel (pipa napas), dan swimfins (kaki bebek) serta pelampung. Lokasi snorkeling yang bagus adalah di wilayah belakang pulau khususnya sepanjang pesisir pantai yang berhadapan dengan Pegunungan Arfak. Spot snorkeling yang juga bisa dikunjungi wisatawan adalah di sepanjang Pantai Sra-Oseri. 

Black-backed Butterflyfish (Chaetodon melannotus)
Ikan Kupu-kupu Punggung Hitam di Perairan Manokwari

Untuk wisatawan yang menyukai ekosistem hutan, mereka bisa berjalan atau naik sepeda mengelilingi Pulau Mansinam. Atau juga mereka bisa mendaki ke arah perbukitan untuk sampai ke Patung Yesus di puncak pulau itu. Di pagi hari ada kupu-kupu, burung dan berbagai jenis serangga yang dapat dilihat di sepanjang jalan menuju bukit. Beberapa spesies burung yang sempat teridentifikasi antara lain Brahminy Kite, Singing Starling, Yellow-billed Kingfisher, Sacred Kingfisher, dan Rufous-bellied Kookaburra. Wisatawan perlu membawa binocular untuk mengamatinya.

Selama Pandemi Covid berlangsung jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Manokwari dan Pulau Mansinam menurun drastis. Hal ini tentu saja berpengaruh pada roda perekonomian setempat.

Semoga Wabah Covid ini bisa segera berlalu sehingga wisatawan bisa berkunjung lagi ke Pulau Mansinam seperti sedia kala. Ini ditulis oleh Charles Roring.

Baca juga:

Friday, August 6, 2021

Ekowisata Penjelajahan Hutan di Kabupaten Sorong

Kota Sorong memegang peranan yang sangat strategis karena merupakan pintu gerbang bagi wisatawan yang hendak berlibur ke Raja Ampat maupun Tambrauw. Kabupaten Sorong yang sebagian besar wilayahnya masih ditutupi oleh hutan hujan tropis memiliki banyak sekali kampung yang layak dikunjungi oleh wisatawan pencinta alam. 

Pramuwisata Kostan Magablo saat sedang memandu wisatawan Inggris

Sebelum Pandemi Covid melanda Indonesia banyak sekali wisatawan domestik maupun manca negara yang menikmati tur di hutan Sorong untuk mengamati burung, hewan melata, mamalia serta serangga yang berwarna-warni. Mereka umumnya melakukan perjalanan wisata ke kampung-kampung di pinggir kota Sorong. 

wisata pengamatan burung di Kabupaten Sorong
Kakaktua Raja

Kampung Klatomok adalah salah satu dari beberapa kampung di Kabupaten Sorong yang dikunjungi oleh para wisatawan. Rata-rata mereka menginap di rumah penduduk yang diistilahkan dalam Bahasa Inggris dengan sebutan homestay. Ada tikar, kasur sejumlah spons, kelambu dan toilet di setiap homestay milik warga. 

Wisatawan asing biasanya membeli bahan makanan di supermarket di kota Sorong. Ketika berada di kampung, bahan makanan tersebut akan dimasak oleh mama-mama di kampung, ditambah dengan sayur dan buah-buahan lokal dari kampung. 

peta lokasi kampung Klatomok di Kabupaten Sorong
Kampung Klatomok

Wisatawan dari manca negara dari Eropa, Australia, dan Amerika kebanyakan membawa teropong dua tabung (binocular) dan kamera yang dilengkapi lensa telefoto. Ada juga yang membawa teropong satu tabung (spotting scope) yang biasanya dipasang di atas tripod. Teropong ini sangat bermanfaat untuk pengamatan satwa yang berada di pepohonan yang tinggi dan jauh. Karena teropong berada dalam posisi statis, satwa yang diamati menggunakan alat ini akan nampak jelas dan tajam. 

wisata alam di kampung Klatomok
Wisatawan domestik Indonesia di Kampung Klatomok

Aktivitas penjelajahan hutan dilakukan di siang maupun malam hari. Umumnya wisatawan dipandu oleh warga kampung menggunakan penerangan sederhana seperti senter untuk melihat satwa nokturnal seperti wallaby, kuskus.

Selain mengamati satwa, para wisatawan bisa melihat dari dekat bagaimana warga kampung menokok, dan memeras tepung sagu. Wisatawan dapat juga merasakan nikmatnya sagu bakar di kampung Klatomok. Ada sungai kecil di pinggir kampung. Wisatawan bisa mandi di sungai, menikmati airnya yang segar dan dingin, yang mengalir di sela-sela bebatuan.

Burung Raja Udang Paruh Kuning (Yellow-billed Kingfisher)
Burung Raja Udang Paruh Kuning

Untuk menjangkau kampung tersebut, wisatawan domestik maupun manca negara bisa naik kendaraan 4wd dari kilometer 14 (pangkalan kendaraan pick-up 4wd yang melayani jalur Sorong - Tambrauw) dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam. Rata-rata kendaraan pick-up yang tersedia adalah Toyota Hilux atau Mitsubishi Triton. Kendaraan itu akan tiba di depan Kampung Klatomok yang berada dipinggir jalan poros Sorong - Tambrauw. 

Bila Pandemi Covid telah bisa diatasi oleh pemerintah dan masyarakat baik lewat vaksinasi maupun PPKM, dan perjalanan wisata sudah diperbolehkan oleh pemerintah, masyarakat yang selama ini merasa bosan karena harus tinggal di rumah terus akan memiliki kerinduan untuk berwisata ke tempat-tempat terbuka yang berudara segar. Salah satu yang saya rekomendasikan adalah Kampung Klatomok. 

Jangan lupa untuk membawa perlengkapan seperti krim anti nyamuk, sepatu olah raga, pakaian santai (celana panjang/ pendek bisa dan baju kaos), senter, kamera, teropong (kalau ada). 

Semoga ekowisata penjelajahan hutan hujan tropis di Papua Barat ini suatu saat nanti bisa pulih kembali sehingga warga bisa memperoleh pendapatan dari hutan yang mereka miliki dan juga bisa melestarikannya untuk generasi yang akan datang. Ini ditulis oleh Charles Roring.






Wednesday, August 4, 2021

Doves and Pigeons in Rainforest of West Papua

Before the covid pandemic reached Indonesia, I frequently guided visitors to watch birds and wild animals in rainforest. We traveled across tropical rainforests of West Papua where we saw doves and pigeons both in lowland and lower montane forest as well as in higher mountain forest. 

Cinnamon Ground Dove (Gallocolumba rufigula)
Cinnamon Ground Dove in Arfak range

One that attracted my attention was the Cinnamon Ground Dove. I saw it in Arfak range at the elevation of around 1,700 meters above sea level. It came to the dancing ground of Western Parotia to find seeds that fell from nearby trees. Its underparts were bright yellow. The dominant colour of its wings was brown. 

I was able to take pictures of the bird several times. It did not run away when it heard the electronic sounds of the shutter button. I and the visitor who were watching it were sitting inside a blind (a special hut used by birdwatchers to observe birds and other animals in the forest. It has got several holes  that can be used by birdwatchers to observe birds and to take pictures). 

Brown Cuckoo Dove (Macropygia amboinensis)
Slender-billed Cuckoo-dove

Spice Imperial-pigeon (Ducula myristicivora)
Spice Imperial Pigeon in Raja Ampat

Great Cuckoo Dove in rainforest of Vogelkop region of West Papua
Great Cuckoo Dove in the forest of District Senopi in Tambrauw regency
Photographed by Wim Boyden

In Klasow valley - a lowland forest of Sorong regency, I saw several species there including Pink-spotted Fruit Dove, Wompoo Fruit Dove, Brown Cuckoo Dove, Beautiful Fruit Dove, Claret-breasted Fruit Dove, Pinon Imperial Pigeon. Klatomok village was the recommended place for visitors who wanted to watch birds and wild animals.  In this village, visitors stayed in houses that belonged to local villagers. 

homestay in Klasow valley for birding tourists
One of the homestays in Klatomok village for birding visitors
Birding and wildlife watching site in Sorong regency of West Papua
Klatomok Village in Sorong regency of Indonesia

They were not luxurious accommodations but visitors could sleep in mattresses with mosquito nets. There were toilets which visitors could use too. Foods ingredients will mostly be the combination of local fruits, vegetables, sweet potatoes, fish and meat. But I highly recommend visitors to buy food materials from supermarkets in Sorong city and ask some women in Klatomok village to cook for them in combination with the available foods from the village.

Pied Imperial Pigeon in Waigeo of Raja Ampat archipelago
Pied Imperial Pigeon in Waigeo island

In Raja Ampat, my favorite birding site was Warduwer beach, there we could see Pied Imperial Pigeon and sometimes Spice Imperial Pigeon as well as a lot of other birds such as Beach Kingfisher, Rufous-bellied Kookaburra, Spangled Drongo,  Palm Cockatoo, Eclectus Parrot, Blyth's Hornbill, Eastern Osprey, and a lot more.

During this covid pandemic, foreign visitors are still not allowed to fly into Indonesia for taking their holidays. Governments are encouraging their citizens to receive vaccinations. 

We hope that the situation will be improved in the coming months so that international travels can be allowed again. 

Monday, August 2, 2021

Wooden Boats in West Papua

Wooden boats are important marine vehicles which are used by people who live along the coastal areas. They use them to go to work, buy things in towns, or travel from one village to another. 

There are wooden boats that are equipped with outriggers to allow them to have better stability during bad weather. There are also boats that do not have outriggers to allow them to move faster but spend less fuel at sea. Most fishermen do not install outriggers on their boats.

traditional homemade wooden boat in West Papua
wooden boats in West Papua

In Manokwari and Raja Ampat where small wooden boats are used to bring tourists from one snorkeling spots to another, the owners often add used tires, or wooden ladders. After swimming and snorkeling at a coral reef site, tourists can climb on a ladder to get into the boat. 

water taxi in Manokwari

wooden boats in Raja Ampat that belong to North Maluku's fishermen
Fishing boats in Kofiau islands

A small wooden boat is made from a big log. It is dug out to create space for its buoyancy and for goods and people that a boat will carry. Sometimes this kind of traditional boat is enlarged by adding side walls. The raised walls will provide more buoyancy and increase its carrying capacity. 

Most wooden boats that function as water taxis have got roof and are powered by a 15 or 25 horsepower Yamaha outboard engines. Bigger water taxi boat may use a 40 hp engine. There are other manufacturers such as Honda, Evinrude, and Yanmar. However, Yamaha still dominates the market in West Papua and perhaps in the whole coastal regions of Indonesia. Boat owners will choose engines whose spare parts are readily available. Water taxi boats must turn on their lights when they operate at night to avoid collisions with other boats. 

On land, electric vehicles are gaining popularity especially in China, Europe and the United States. It will take time for electric marine engines to replace the internal combustion engine in Indonesia. It will be a good trend because people will be able to reduce CO2 emissions if they use electric engines whose batteries are recharged by solar power. This is written by Charles Roring.