Monday, December 20, 2021

Atraksi Wisata di Kota Aimas Kabupaten Sorong

Kabupaten Sorong di Provinsi Papua Barat Daya merupakan destinasi penting bagi wisata pengamatan burung Cendrawasih dan satwa liar di hutan hujan tropis. Kampung-kampung seperti Malaumkarta, Swatolo, Suwatuk, Malagufuk, Klatomok, dan Asbaken adalah destinasi wisata alam.yang bisa dikunjungi oleh siapa saja yang ingin melihat keindahan alam pesisir dan hutan tropis di wilayah utara dari Kabupaten Sorong.

Ibu kota Kabupaten Sorong adalah Aimas. Kota ini sebagian penduduknya adalah warga transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai petani. Mereka menanam tanaman palawija dan tanalan pangan. Buah-buahan seperti jambu kristal, buah naga, jambu air, pisang, nangka, mangga, avokado, bisa dibeli oleh wisatawan yang berkunjung ke kota Aimas. Petani di sana menanami kebun mereka dengan mentimun, terong, jagung, dan pepaya. Ada juga yang beternak ayam atau memelihara ikan nila di kolam perikanan darat.

Ada banyak warung makan yang menyediakan berbagai jenis menu selera nusantara bagi wisatawan. Ada ikan mujair bakar yang disajikan dengan lalapan sayuran segar dan sambal yang gurih. Bagi mereka yang tertarik dengan seafood, kota Aimas dan kota Sorong menyediakan banyak sekali pilihan. 

Atraksi Wisata Budaya di kota Aimas, Kabupaten Sorong

Disamping wisata alam, wisata agro dan kuliner, wisatawan bisa juga berkunjung ke rumah budaya yang ada di Aimas. Ada beberapa rumah adat dari sejumlah suku di sana. Wisatawan bisa melihat rumah adat Papua, menyaksikan tari-tarian adat serta serta membuat foto dan video pribadi sambil mengenakan baju adat Papua yang bisa disewa dari pengelola rumah budaya tersebut. 

Nomor kontak dan Lokasinya secara akurat bisa dilihat di Google Map dengan kata kunci Taman Etnik Papua - Aimas, Kabupaten Sorong. 

Perlengkapan Traveling

Ketika wisatawan hendak melakukan perjalanan wisata, mereka biasanya memerlukan perlengkapan yang bisa dibeli di marketplace seperti Tokopedia sebagai berikut:

  • Tas ransel, rata-rata ukuran yang dibawa antara 20- 40 liter. Di dalamnya bisa diisi pakaian, ponsel dan chargernya, kamera dan lain-lain. Tas ransel harus kuat, dan tali pikulannya tidak mudah putus dan tahan bocoran terhadap air hujan atau cairan lainnya.
  • Krim pelindung kulit dari sengatan sinar matahari (sunblock lotion).
  • Teropong dua barrel atau binoculars. Peralatan ini dibutuhkan oleh wisatawan yang suka sekali melihat keindahan alam dengan beraneka ragam flora dan faunanya. 
  • Kamera aksi yang kecil namun dapat memotret dan menghasilkan gambar yang bagus. Salah satunya adalah Akaso Brave 8.
  • Buat pembaca yang suka sekali dengan aktivitas renang di pantai, membawa satu set peralatan snorkeling akan membuat perjalanan Anda semakin menyenangkan. 

Semoga perjalanan wisata Anda ke kota Aimas di Kabupaten Sorong semakin menambah kecintaan dan kepedulian Anda terhadap keindahan alam dan pelestarian lingkungan hidup.

Ditulis oleh Charles Roring

Saturday, November 6, 2021

Cendrawasih Kuning-Kecil dari Tanah Papua

Burung surga yang umum di kenal di masyarakat adalah Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor). Burung ini mirip dengan Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda) yang hidup di pesisir selatan Tanah Papua dan di Kepulauan Aru. Warna dan bentuk mereka sangat mirip sedangkan ukuran badannya saja yang berbeda. 

Cendrawasih Kuning-Kecil
Cendrawasih Kuning Kecil

Cendrawasih adalah daya tarik wisata yang penting sekali di beberapa tempat di Tanah Papua. Wisata pengamatan burung selama pandemi telah lumpuh sebagai akibat dari pembatasan pergerakan masyarakat serta penutupan wilayah Indonesia dari masuknya wisatawan asing. Hal ini mengakibatkan banyak sekali pemandu kehilangan pekerjaan. 

Situasi di Indonesia semakin membaik, jumlah penderita Covid-19 sudah berkurang drastis di akhir tahun 2021. Pemerintah mulai melonggarkan pembatasan pergerakan masyarakat dan orang asing sudah mulai diizinkan masuk lagi ke Indonesia. 

Para pelaku usaha perjalanan wisata bisa berpengharapan lagi bahwa wisatawan di tahun 2022 akan berkunjung untuk menonton burung Cendrawasih Kuning-Kecil berdansa di pepohonan di dalam hutan hujan tropis yang indah dan permai. 

Thursday, October 7, 2021

Cendrawasih Toowa

Toowa Cemerlang atau Burung Cendrawasih Toowa adalah salah satu spesies burung surga yang hidup di hutan hujan tropis Tanah Papua khususnya dataran rendah hingga daerah lereng gunung atau perbukitan. Bulunya berwarna hitam dengan beberapa bagian di dada dan ekor berwarna biru kemilau. 

Cendrawasih Toowa
Cendrawasih Toowa

Kicauan Toowa Cemerlang ini terdengar nyaring di pagi, siang hingga sore hari. Burung surga jantan biasanya bertengger sendirian di cabang pohon, Cendrawasih Toowa tidak hidup berkelompok seperti Cendrawasih Kuning Kecil yang biasanya berkelompok di pagi dan sore hari ketika mereka berdansa untuk memperebutkan pasangan betina, kecuali ketika sedang makan buah di pohon bersama-sama burung lain. Sering terlihat burung Cendrawasih Toowa jantan duduk di dahan pohon yang datar dalam waktu yang cukup lama. Ia akan berkicau untuk memanggil pasangan betinanya. Ia akan mementaskan tarian pemikat yang mirip pemandu sorak (cheerleader) menyemangati tim olah raga football atau basketball yang mereka dukung di lapangan. Ketika burung Cendrawasih Toowa betina terkesan dengan tarian itu maka ia akan berkenan dikawini oleh sang Cendrawasih Jantan. 

Ia adalah pemakan buah-buahan di hutan. Oleh karena itu, burung Cendrawasih Toowa ikut berperan sebagai penyebar biji-bijian yang penting sekali bagi ekosistem hutan hujan tropis. 

Baca juga: Magnificent Riflebird

The English name of Cendrawasih Toowa is Magnificent Riflebird (Ptiloris magnificus). This is one of the birds of paradise that lives in lowland and lower montane forest of New Guinea. The male one likes to sit alone in the mornings and in the afternoons at a horizontal branch of a tree while calling his female mating partner. If the female bird comes, he will perform his courtship dance to impress his female counterpart. The way he dances looks like the dance of a cheerleader in a football or basketball match. Magnificent Riflebird eats tropical fruits in the forest. This is an important seed disperser in the ecosystem of tropical rainforest. This species is still abundant in the forest but its habitat is shrinking rapidly due to logging, conversion of forest into human settlements, roads and monoculture palm oil, or other agricultural commodities.

Tuesday, September 28, 2021

Cendrawasih Terkenal Dengan Keindahan

Burung Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) terkenal dengan warna bulunya yang kuning keemasan dipadu dengan warna coklat di sekujur badannya serta hijau di bagian lehernya. Ciri-ciri keindahan fisik ini bisa kita lihat juga di spesies serupa lainnya yaitu Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda) yang hidup di hutan hujan tropis Kepulauan Aru dan dataran Tanah Papua bagian selatan sekitar Taman Nasional Lorentz hingga ke wilayah hutan sekitar Merauke.  
tarian cendrawasih jantan
Cendrawasih jantan sedang bertanding dansa
Arti bahasa Latin di atas sebenarnya adalah Burung Surga Tak berkaki. Mungkin kita burung ini tiba di Eropa dalam keadaan telah dikeringkan/ diawetkan, daging, isi perut dan kakinya sudah dikeluarkan atau dilepas oleh pemburu, sehingga tinggal kulit, tengkorak dan bulunya yang indah. Akibatnya para ilmuan barat yang saat itu memeriksanya kemudian memberi nama Paradisaea apoda.
Burung Cendrawasih Kuning indah sekali warnanya
Cendrawasih jantan didampingi dua ekor betina
Sebenarnya keindahan Burung Cendrawasih tidak terbatas pada warna bulunya yang kuning keemasan itu. Burung surga ini memiliki kemampuan berdansa yang tidak dimiliki spesies burung lain. Di pagi dan sore hari, burung Cendrawasih Kuning jantan berkumpul di cabang-cabang pohon tertentu untuk menggelar pertandingan dansa di antara mereka. Tujuannya adalah untuk memikat dan kawin dengan pasangan burung betina. 
Cendrawasih kuning kecil secara alami adalah poligami
Secara alami burung Cendrawasih Kuning adalah poligami
Burung Cendrawasih Kuning Kecil maupun Cendrawasih Kuning Besar bisa memiliki pasangan kawin lebih dari satu. Jadi secara alami Cendrawasih menganut poligami.  Burung Cendrawasih jantan yang berhasil mementaskan tarian pemikat betina dengan baik akan memenangkan kontes dansa. Hal ini bisa dengan mudah kita lihat di foto. Ada beberapa burung surga betina di kedua sisi burung jantan yang tampil sebagai pemenang dansa. 
Di sinilah fenomena seleksi alam dalam teori evolusi seperti yang dikemukakan oleh Darwin berlaku. Namun demikian nampak ada keunikan tersendiri dalam burung Cendrawasih Kuning Kecil, bukan hanya burung kuat dan bisa memperoleh makanan saja yang akan bertahan tapi burung yang bisa memperagakan Tarian Cendrawasih dan keindahan warna bulunya yang bagus akan menang. Kadang dalam berkompetisi di antara sesama jantan, ketika persaingan dalam tari-tarian berlangsung sengit, terjadi perkelahian di antara mereka. Ada yang bahkan sampai jatuh ke tanah. Namun dengan gigihnya burung yang jatuh tersebut akan bangkit dan terbang lagi ke atas pohon serta melanjutkan pertandingan tari-tarian tersebut. 
Dalam dunia avifauna Tanah Papua, burung lain yang memiliki tarian pemikat betina adalah flame bowerbird dan masked bowerbird. Burung api masked ini, menurut pendapat saya pribadi, memiliki keindahan tarian yang terbaik di antara banyak spesies burung di dunia. Saya pernah menonton tariannya selama lebih dari satu jam. Mengenai spesies burung api ini, dan juga spesies burung surga Parotia Barat yang suka berdansa, akan saya bahas di lain waktu.
Tempat-tempat Wisata Pengamatan Burung Cendrawasih
Ada beberapa tempat wisata pengamatan burung Cendrawasih di  Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Beberapa di antaranya adalah: Manokwari, Sorong, Wondama, Tambrauw, dan Jayapura. Ini ditulis oleh Charles Roring. 
Baca juga:

Friday, September 10, 2021

Cendrawasih Kuning Kecil dan Lokasi Wisata Pengamatannya

Cendrawasih Kuning Kecil atau Burung Surga Kuning Kecil memiliki warna bulu yang indah sekali. 

Cendrawasih Kuning Kecil atau Lesser Birds of Paradise (Paradisaea minor)
Cendrawasih Kuning Kecil Jantan

Oh ya, untuk memaksimalkan aktivitas pengamatan burung Cendrawasih serta flora fauna apa saja di dalam hutan, wisatawan perlu membawa teropong (binoculars). Beberapa teropong yang harganya terjangkau adalah K&F Concept Binoculars dan Apexel 12×42 atau Apexel Fixed Focus 10×42. Perlengkapan ini bisa dibeli di marketplace dari Tokopedia. Selain itu juga wisatawan perlu membawa krim atau lotion pelindung kulit dari serangan matahari seperti Anessa Perfect UV Sunscreen.  
Untuk memotret flora fauna di selama melakukan aktivitas ekowisata, wisatawan memerlukan camera dengan optical zoom yang tinggi seperti Canon Powershot SX70HS, atau Nikon Coolpix P1000. Wisatawan yang hobinya adalah fotografi tentu akan membeli kamera D-SLR atau mirrorless dengan lensa 150-600 mm.
Burung Cendrawasih bisa diamati oleh wisatawan pencinta alam di berbagai kawasan hutan yang ada di Tanah Papua. Beberapa di antaranya adalah:
Kabupaten Wondama adalah lokasi wisata pengamatan burung yang sangat berpotensi untuk menjadi terkenal di dunia karena memiliki ekosistem hutan hujan tropis yang hampir lengkap. Ada hutan bakau, hutan tropis pulau, hutan dataran rendah, hutan pegunungan rendah hingga menengah. Hal ini menjadikan spesies burung dan satwa liar di Kabupaten Wondama sangat bervariasi. Cendrawasih Kuning Kecil  (Lesser Birds of Paradise), Cendrawasih Raja, Lowland Peltop, Myzomela Merah, Jagal Papua (Hooded Butcherbird), Nuri Bayan (Eclectus Parrot), Taun-taun (Blyth's Hornbill), Kumkum (Pinon Imperial Pigeon) bisa ditemukan di hutan dataran dan pegunungan rendah di sekitar Teluk Wondama dan burung seperti Magnificent Bird of Paradise dan Black Sicklebill bisa ditemukan di sekitar puncak Pegunungan Wondiboy. 
Cessna Caravan 208 Susi Air terbang beberapa antara Manokwari dengan kota Wasior di Kabupaten Wondama
Rute penerbangan dari Jakarta dan Denpasar ke Manokwari
Lalu ke kota Wasior di Wondama
Hutan Susnguakti di Manokwari - Ini adalah lokasi wisata pengamatan burung Cendrawasih Kuning Kecil yang bisa dijangkau menggunakan kendaraan bermotor dari kota Manokwari dengan lama tempuh kurang lebih 1 jam 15 menit.  Karena lokasinya yang agak terpencil maka hutan ini tidak diketahui oleh masyarakat luas. Hanya orang-orang tertentu yang biasa bekerja sebagai pemandu turis pengamatan burung saja yang mengetahui keberadaannya. Untuk mencapainya, wisatawan harus mendaki gunung yang terjal selama kurang lebih 1 jam 15 menit. 

Burung Cendrawasih Kuning Kecil aktif di pagi hari dan di sore hari. Wisatawan yang ingin ke sana harus memiliki kondisi fisik yang benar-benar prima agar bisa sampai di lokasi pengamatan burung surga tersebut. Selama beberapa tahun belakangan ini sampai saat sebelum pandemi covid, kebanyakan wisatawan asing yang ke hutan Susnguakti berasal dari luar negeri. Persentasi wisatawan lokal/ dalam negeri adalah kurang dari 1%. Wisatawan internasional ini menghabiskan waktu selama 3 sampai 4 hari untuk melihat burung Cendrawasih Kuning Kecil, Toowa Cemerlang, Cendrawasih Raja, Cekakak Pita Biasa (Common Paradise Kingfisher), Raja Udang Paruh Kuning atau Cekakak Toro-toro (Yellow-billed Kingfisher), Paok Hijau (Hooded Pitta) serta kasuari. Selain burung, hutan susnguakti merupakan habitat asli dari kuskus, ular putih, soa-soa duri, tikus tanah (bandicoot) dan berbagai jenis serangga. Untuk melihatnya, penjelajahan hutan di malam hari dilakukan bersama warga setempat pemilik hutan. 

Male Lesser Birds of Paradise in Malagufuk village, Klasouw valley, Sorong regency, Indonesia
Cendrawasih Kuning Kecil Jantan

Kabupaten Tambrauw memiliki banyak sekali kawasan hutan yang merupakan habitat asli dari burung Cendrawasih Kuning Kecil. Lokasi yang terkenal adalah Pantai Weyos di pesisir utara daerah Abun, Hutan Ayapokiar, Lembah Ases, serta hutan sekitar kota Fef. Selain burung surga kuning kecil, ada banyak sekali satwa asli Papua yang bisa dilihat di Tambrauw termasuk soa-soa bintang, berbagai jenis kupu-kupu dan kumbang serta ikan di sungai berair jernih. Masih banyak lokasi hutan di Kabupaten Tambrauw belum disurvei secara seksama sehingga potensi wisata alam di sana belum benar-benar berkembang. Fef sebagai ibukota Kabupaten Tambrauw memiliki daya tarik wisata alam yang bagus sekali karena dikelilingi oleh hutan hujan tropis yang masih bagus. 

Kabupaten Sorong adalah gerbang utama bagi wisatawan yang ingin berlibur di Kepulauan Raja Ampat. Kawasan hutan di Lembah Klasouw sudah dikunjungi oleh wisatawan domestik dan manca negara yang ke sana untuk melihat flora dan fauna Papua. Cendrawasih Kuning Kecil bisa dilihat di Kampung Malagufuk. Untuk burung surga Toowa Cemerlang, Burung Surga Raja, serta Cendrawasih Dua Belas Antena, Kampung Klatomok adalah lokasi yang gampang untuk dikunjungi.  Ini ditulis oleh Charles Roring.

Baca juga:

Thursday, August 26, 2021

Burung Cendrawasih Parotia Barat di Hutan Manokwari

Burung Cendrawasih adalah daya tarik wisata alam yang terkenal di berbagai negara. Salah satu destinasi pengamatan burung surga ini adalah Kabupaten Manokwari. Sebelum Pandemi Covid-19, ada ratusan wisatawan domestik maupun internasional yang datang untuk mengamati burung-burung Cendrawasih tersebut. 

Dalam Bahasa Inggris, burung Cendrawasih lebih dikenal dengan istilah Birds of Paradise atau Burung Surga. Menurut Wikipedia, ada 42 spesies yang dikenal dalam dunia sains dan sebagian besar hidup di Tanah Papua. 

Sebagai salah satu destinasi penting wisata pengamatan burung surga, ada beberapa lokasi yang dituju oleh wisatawan pengamat burung dan satwa liar ketika menjelajah hutan-hutan di Kabupaten Manokwari. Beberapa di antaranya adalah:

  • Hutan Susnguakti - Hutan ini terletak di sebelah timur Pegunungan Arfak dan merupakan habitat alami bagi Cendrawasih Kuning Kecil (Lesser Birds of Paradise), Cendrawasih Raja (King Bird of Paradise), Cendrawasih Dada Biru atau Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird), Glossy-mantled Manucode, dan lain sebagainya. 
Western Parotia (Parotia sefilata)
Burung Parotia Barat
  • Hutan Soyti - Hutan ini terletak di Distrik Mokwam dan merupakan habitat alami bagi burung Parotia Barat, Vogelkop Superb Bird of Paradise, Burung Black Sicklebill, Cendrawasih Belah Rotan atau dalam bahasa lokal disebut Knang (Magnificent Bird of Paradise) dan Lesser Bird of Paradise, Long-tailed Paradigala, dan lain-lain.
  • Hutan Syioubri juga adalah kawasan hutan di Distrik Mokwam yang sangat terkenal dengan wisata pengamatan burung di mana jumlah spesiesnya mirip dengan yang terdapat di hutan Soyti. Burung-burung di Hutan Soyti, Syioubri dan kawasan pegunungan tinggi dari Arfak memiliki tingkat endemisitas yang tinggi sekali sehingga menarik perhatian dunia.
Hutan di elevasi ini juga merupakan habitat alami berbagai spesies burung lainnya seperti Kumkum Pegunungan (Papua Mountain Pigeon), beberapa spesies burung hantu, burung wajah emas (golden face), dan masih banyak lagi.
Selain itu pula, kawasan lain di Manokwari yang dikunjungi oleh wisatawan manca negara adalah Hutan Mesirrokow yang  terletak di Pantai Utara Manokwari. Karena jalan mobil tidak tersedia maka kawasan hutan ini tidak terlalu diketahui oleh wisatawan lokal. 
Western Parotia Bird of Paradise
Parotia Barat sedang berdansa
Wisatawan yang berkunjung ke hutan-hutan tersebut di atas selalu didampingi oleh masyarakat lokal sehingga manfaat ekonomi mereka juga bisa dirasakan. Mereka bisa bekerja sebagai porter, pemandu, penyedia jasa homestay, penjual buah dan sayuran. 
Di seluruh Tanah Papua, ada ratusan kawasan hutan yang menjadi lokasi pengamatan Burung Surga, beberapa di antaranya akan saya bahas di kesempatan lain. Yang jelas, wisata pengamatan burung ini cukup bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga memotivasi warga setempat, masyarakat umum dan pemerintah untuk saling mendukung dalam melestarikan hutan hujan tropis tersebut.
Perlengkapan Pengamatan Burung dan Satwa Liar (Wildlife Watching Equipment)
Rata-rata wisatawan pengamat burung dan satwa liar membawa peralatan seperti binocular, spotting scope dan kamera d-slr dengan lensa panjang. Ada juga yang membawa laser pointer dengan cahaya berwarna hijau untuk memudahkan penunjukkan satwa yang hendak diamati. Buku panduan lapangan yang dibawa adalah Birds of New Guinea karya Bruce Beehler dan Thane K. Pratt atau buku lain dengan judul serupa yakni Birds of New Guinea including Bismarck Archipelago and Bougainville karya Phil Gregory. 
Ini ditulis oleh Charles Roring.

Baca juga

Monday, August 23, 2021

Having a Balanced Life by Living Close to Nature

During this covid pandemic, we need to make sure that our immune system is able to resist the spread of virus or bacteria in our body. We can do it by doing regular exercises preferably not indoor but in outdoor environment so that we will be fully exposed to direct sunlight as well as clean air from the surrounding trees. 
track and field exercise in Indonesia
A football field near a forest
I live in Manokwari. It is a tropical coastal city in West Papua. It is not a metropolitan like Manila or Jakarta. There are still a lot of green trees and even forest inside the city. People still have some trees at the back, side or front yards of their houses. These trees often produce tropical fruits such as coconut, papaya, avocado, mango and bread-fruit. In certain parts of the city where the houses are fewer, people grow banana, tomato, lemon grass, corn, kangkung (water spinach), singkong or cassava,  lettuce vegetables in a lot of  small vegetable patches for their own personal consumption. 
I like doing afternoon walk around a soccer field. The field is located at the foot of Table mountain. The mountain itself is covered by densed tropical rainforest. The fresh air which the forest emits every day creates a very pleasant atmosphere for people who live near it. 
traveling and snorkeling in raja ampat
I and two American visitors whom I guided in Raja Ampat
Before the covid pandemic, I worked as a tourist guide. Outdoor environment was my 'office'. In other words, I worked close to nature. My monthly income might be lower that those who worked in office buildings in big cities but I felt very healthy at that time.

Monday, August 16, 2021

Cendrawasih Botak

Cendrawasih Botak adalah nama salah satu spesies burung surga yang hidup di beberapa pulau besar di Kepulauan Raja Ampat. Dalam Bahasa Inggris, burung ini dikenal dengan sebutan Wilson's Bird of Paradise (Diphyllodes respublica).
Cendrawasih Botak atau Wilson's Bird of Paradise
Cendrawasih Botak
Ukuran badannya lebih kecil dibandingkan spesies burung-burung surga lainnya seperti Black Sicklebill yang hidup di daerah Kepala Burung atau Red Bird of Paradise di Waigeo, Gam dan Batanta di Kabupaten Raja Ampat.
Waktu terbaik untuk mengamati burung Cendrawasih Botak adalah di pagi hari dari jam 06:00 sampai 09:00. Kadang-kadang jika cuacanya baik dan saat musim kawin tiba, burung jantan akan datang lebih awal ke tempat dansanya sekitar jam 05:00 dan mulai memanggil - manggil pasangan betinanya. Cendrawasih Botak betina tidak memiliki warna bulu seindah sang jantan. Sebagian besarnya adalah coklat dengan kepala botak biru mirip jantan. Bagian dada dan perut sang betina adalah krem muda bergaris-garis coklat tua. 
Wilson's Bird of Paradise (Cicinnurus respublica)
Cendrawasih Botak/ Wilson's Bird of Paradise
Cendrawasih Belah Rotan
Secara fisik burung Cendrawasih Botak memiliki bentuk yang mirip dengan burung Magnificent Bird of Paradise (Diphyllodes magnificus) atau Cendrawasih Belah Rotan yang bisa kita temukan di berbagai hutan perbukitan di dataran utama dari Tanah Papua di ketinggian sekitar 1.300 - 1.500 meter di atas permukaan air laut. Di Pegunungan Arfak - Manokwari, nama lokal burung tersebut adalah Knang. Warna burung Knang adalah kuning, coklat, dan hijau; sangat berbeda dengan burung Cendrawasih Botaknya Raja Ampat. Ukuran badan burung Knang juga sedikit lebih besar.
Burung Cendrawasih Knang / Magnificent Bird of Paradise (Diphyllodes magnificus)
Burung Cendrawasih Belah Rotan
Baik Knang dan Cendrawasih Botak merupakan target penting di kalangan para wisatawan pengamat burung. 
Umumnya, di berbagai lokasi wisata pengamatan burung Surga ini, warga membuat pondok pengamatan berukuran kira-kira 2,5 meter × 6 meter dengan rangka terbuat dari kayu serta dinding dari daun-daunan. Gubuk itu tertutup rapat dengan sisi yang menghadap tempat burung berdansa dibuatkan beberapa lubang untuk penempatan kamera atau sebagai lubang pengamatan. Bangku sederhana terbuat dari kayu dipasang di dalam pondok. 
Beberapa tahun belakangan ini, habitat burung surga tersebut semakin terancam karena perluasan lahan pemukiman masyarakat, pembuatan jalan raya yang menembus hutan serta konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan masyarakat. 
Baca juga:

Saturday, August 14, 2021

Keindahan Burung Cendrawasih

Burung Cendrawasih terkenal dengan keindahan warnanya. Kebanyakan masyarakat umum mengenal satu atau dua spesies saja seperti Cendrawasih Kuning Kecil (Lesser Birds of Paradise) di dataran utama Pulau Papua dan Cendrawasih Merah (Red Bird of Paradise) yang hidup di beberapa pulau besar di Raja Ampat. Sebenarnya dalam dunia sains, berdasarkan artikel di wikipedia, ada 42 spesies.

Seekor Cendrawasih Kuning Kecil Jantan dan dua ekor betina
Keindahan warna Cendrawasih Kuning Kecil akan nampak jelas ketika kita melihatnya di pagi hari saat beberapa ekor jantan berdansa untuk memperebutkan betina. Burung Cendrawasih Jantan yang menang akan bisa kawin dengan pasangan betinanya. Kadang kala, sang jantan bisa kawin dengan beberapa ekor betina. Burung Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) dalam perilaku kawinnya adalah poligami. 
Aktivitas dansa dan kawin umumnya berlangsung di pagi hari dari jam 06.00 sampai sekitar jam 09.00 atau lebih serta di sore hari mulai 15.00 hingga 17.30 sore hari. 
Sinar matahari yang menembus celah-celah pohon dan mengenai sekujur tubuh burung-burung surga tersebut akan membuat warna kuning, putih, hijau dan coklat semakin kontras dan cerah. Keindahan burung Cendrawasih yang dipadu dengan tari-tarian alamnya di dahan-dahan pohon yang tinggi tersebut memukau setiap orang yang menontonnya. 
Para wisatawan pengamat burung sangat suka menonton Burung Cendrawasih.  Mereka akan membawa binoculars dan kamera telefoto untuk melihat dan memotret atau membuat video burung tersebut. 
Wilson's Bird of Paradise (Diphyllodes respublica)
Wilson's Bird of Paradise
Sebenarnya, tidak semua spesies burung surga memiliki warna bulu kuning keemasan. Ada yang juga yang berwarna hitam mengilap seperti Black Sicklebill dan Western Parotia serta yang berwarna merah dan putih seperti Burung Surga Raja (King Bird of Paradise). Ada juga yang berwarna biru seperti Blue Bird of Paradise. Di Kepulauan Raja Ampat, ada Wilson's Bird of Paradise yang bulunya berwarna-warni dan di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Cendrawasih Botak. Burung Cendrawasih sebagian besar bisa ditemukan di Tanah Papua (Papua New Guinea dan West Papua yang terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat). 
Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird)
Burung Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird)
Tetapi ada sejumlah spesies yang bisa ditemukan di daerah lain seperti Wallace Standard Wing di Halmahera, Greater Bird of Paradise di Kepulauan Aru dan Victoria's Riflebird di Benua Australia.
Di Indonesia, burung Cendrawasih adalah satwa yang dilindungi. Fungsinya sebagai penyebar biji-bijian dari buah yang dimakannya penting bagi kelangsungan hidup hutan hujan tropis. Burung Cendrawasih juga banyak dipakai sebagai nama lembaga pendidikan, toko, perusahaan, gedung-gedung pemerintah maupun swasta. Hal yang sama juga kita temukan di berbagai lirik lagu, puisi hingga cerita-cerita rakyat. 
Habitat Burung Cendrawasih semakin berkurang karena perluasan pemukiman manusia, pembukaan lahan pertanian dan perkebunan, pembukaan jalan raya ke berbagai daerah terpencil, aktivitas penebangan logging hingga pertambangan. 
Kita perlu lebih sungguh-sungguh lagi melindungi satwa burung surga ini, dan melestarikan ekosistem hutan hujan tropis, agar generasi sekarang maupun yang akan datang, tetap bisa melihat tari-tarian Burung Cendrawasih dengan kemilau warna bulunya yang indah. Ditulis oleh Charles Roring.

Tuesday, August 10, 2021

Wildlife Watching Tour in the Forest of Sorong Regency

Klatomok is a small village in Sorong regency of West Papua. It is a great destination for visitors who are interested in seeing the flora and fauna of tropical rainforest. It is easy to travel to Klatomok village from Sorong city.
The village is located in Klasow Valley around 2 hours ride by 4WD car from Sorong city. 
Western Crowned Pigeon in Klasouw Valley
Western-crowned Pigeon

Wildlife watching in Klatomok village of West Papua
Klatomok Village in the forest of Klasow valley of Sorong regency
Visitors who go there usually spend at least 3 days/ 2 nights in the village to explore the forest in the valley and in the mountains. They stay in the houses of the villagers. There are mattresses, mosquito nets, and toilets. The homestays are not luxurious accommodations which visitors usually find in famous tourist destinations. But they are good enough for simple living in the forest. Visitors bring camera with telephoto lens, binoculars, and spotting scope. When they go hiking, they will be able to see various species of birds, reptiles, insects and sometimes mammals. 

European tourists in Klatomok village of Sorong regency
European tourists in Klatomok village of Sorong regency

Wallaby, deer, cuscus possum are typical animals that can be found in the forest of Klasow valley. Visitors who like birdwatching can easily watch birds early in the mornings and in the afternoons around the edges of the village and along the road the connects the village and Sorong city. Some of the birds which birders can see in the forest of Klatomok village include Palm Cockatoo, Sulphur-crested Cockatoo, Red-cheek Parrot, Large Fig Parrot, Yellow-capped Pygmy Parrot, Black-capped Lory, Black Lory,  Pinon Imperial Pigeon, Western-crowned Pigeon, Pink-spotted Fruit Dove, Wompoo Fruit Dove, Orange-bellied Fruit Dove, Magnificent Riflebird, King Bird of Paradise, Northern Cassowary, Hooded Butcherbird, Dollarbird, Brahminy Kite, Variable Goshawk, Rufous Owl, Shining Flycatcher, Red-breasted Paradise Kingfisher, Sacred Kingfisher, Common Paradise Kingfisher, Azure Kingfisher, Yellow-billed Kingfisher, Lowland Peltop, and a lot more. 
There is a small river near the village where visitors can go to take a bath during warm days. 
stream in tropical rainforest
Small stream in the forest near Klatomok village

First, visitors need to buy food from local traditional market and supermarket, after that they can charter a 4WD pick-up car to bring them to Klatomok village. Arriving in the village, visitors can meet local villagers who will be happy to receive and provide homestays for them.
Swiss tourists were guided by Kostan Magablo in Klasouw valley of Sorobg regency
Local guide Kostan Magablo was guiding Swiss tourists in Klasouw Valley

Sometimes women from the village go to the forest to extract sago starch from its tree trunk. First, they have to cut the tree, after that they will clean the fallen trunk, split it to expose its pith. Mothers will use simple axes to pulverize the pith. 
They remove the pith little by little and knead it by hand using water from a nearby river to extract the sago starch. 
Visitors can try pulverizing the pith or kneading the pith to squeeze out the starch. The starch that is collected in palm leaf containers will later be taken to the village to be consumed as staple food. The starch can be baked to make bread or boiled to make papeda. 
Papuan women in the village manually weave pandanus leaves to make mattresses, and bags. They also use plant fibers to make string net bags which are locally called noken.
map of West Papua province in the Republic of Indonesia
Klatomok village is in the east of Sorong city
Here is the map location of Klatomok village. It is a highly recommended destination for nature lovers who fly to Sorong city before or after their trip to Raja Ampat islands.

Saturday, August 7, 2021

Pulau Mansinam dan Daya Tarik Wisatanya

Sebelum Pandemi Covid mencapai Tanah Papua, Pulau Mansinam hampir setiap hari dikunjungi oleh wisatawan lokal, dalam negeri dan manca negara. Mereka berkunjung untuk melihat situs pekabaran Injil yang pertama kali di Tanah Papua. Pada 5 Februari 1855, dua orang misionaris Jerman yakni C.W. Ottow dan J.G. Geissler mendarat di Pulau Mansinam untuk mengabarkan Injil kepada masyarakat asli Papua. Perjuangan mereka cukup berat dan selanjutnya diteruskan oleh para missionaris dari Belanda. 

Pulau Mansinam di Papua Barat
Pulau Mansinam dan Daya Tarik Wisatanya

Setiap tahun, pada tanggal 5 Februari, masyarakat di Provinsi Papua dan Papua Barat merayakan hari peringatan Pekabaran Injil secara meriah. Ribuan orang dari berbagai tempat di Tanah Papua, dari daerah-daerah di Indonesia dan bahkan dari luar negeri berkunjung ke Manokwari dan Pulau Mansinam. Pawai budaya diadakan di sepanjang jalan-jalan utama kota Manokwari. Para peserta banyak yang mengenakan pakaian tradisional dan memperagakan berbagai tarian adat yang menarik. 

Banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke Manokwari dan Pulau Mansinam untuk menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Pekabaran Injil tersebut. 

Atraksi Ekowisata

Selain atraksi wisata religi, Pulau Mansinam memiliki pantai-pantai berpasir putih yang mengitarinya. Perairan pantai yang jernih memungkinkan wisatawan untuk berenang dan menikmati aktivitas snorkeling di atas gugusan terumbu karang yang berwarna-warni. Berbagai spesies ikan hidup di sana. Beberapa di antaranya adalah: Striped Surgeonfish, Convict Surgeonfish, Pink Anemonefish, Butterflyfish, Moorish Idol, dan masih banyak lagi. Wisatawan yang hendak menikmati olah raga snorkeling di sana hendaknya membawa peralatan sendiri seperti mask (kaca mata selam), snorkel (pipa napas), dan swimfins (kaki bebek) serta pelampung. Lokasi snorkeling yang bagus adalah di wilayah belakang pulau khususnya sepanjang pesisir pantai yang berhadapan dengan Pegunungan Arfak. Spot snorkeling yang juga bisa dikunjungi wisatawan adalah di sepanjang Pantai Sra-Oseri. 

Black-backed Butterflyfish (Chaetodon melannotus)
Ikan Kupu-kupu Punggung Hitam di Perairan Manokwari

Untuk wisatawan yang menyukai ekosistem hutan, mereka bisa berjalan atau naik sepeda mengelilingi Pulau Mansinam. Atau juga mereka bisa mendaki ke arah perbukitan untuk sampai ke Patung Yesus di puncak pulau itu. Di pagi hari ada kupu-kupu, burung dan berbagai jenis serangga yang dapat dilihat di sepanjang jalan menuju bukit. Beberapa spesies burung yang sempat teridentifikasi antara lain Brahminy Kite, Singing Starling, Yellow-billed Kingfisher, Sacred Kingfisher, dan Rufous-bellied Kookaburra. Wisatawan perlu membawa binocular untuk mengamatinya.

Selama Pandemi Covid berlangsung jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Manokwari dan Pulau Mansinam menurun drastis. Hal ini tentu saja berpengaruh pada roda perekonomian setempat.

Semoga Wabah Covid ini bisa segera berlalu sehingga wisatawan bisa berkunjung lagi ke Pulau Mansinam seperti sedia kala. Ini ditulis oleh Charles Roring.

Baca juga:

Friday, August 6, 2021

Ekowisata Penjelajahan Hutan di Kabupaten Sorong

Kota Sorong memegang peranan yang sangat strategis karena merupakan pintu gerbang bagi wisatawan yang hendak berlibur ke Raja Ampat maupun Tambrauw. Kabupaten Sorong yang sebagian besar wilayahnya masih ditutupi oleh hutan hujan tropis memiliki banyak sekali kampung yang layak dikunjungi oleh wisatawan pencinta alam. 

Pramuwisata Kostan Magablo saat sedang memandu wisatawan Inggris

Sebelum Pandemi Covid melanda Indonesia banyak sekali wisatawan domestik maupun manca negara yang menikmati tur di hutan Sorong untuk mengamati burung, hewan melata, mamalia serta serangga yang berwarna-warni. Mereka umumnya melakukan perjalanan wisata ke kampung-kampung di pinggir kota Sorong. 

wisata pengamatan burung di Kabupaten Sorong
Kakaktua Raja

Kampung Klatomok adalah salah satu dari beberapa kampung di Kabupaten Sorong yang dikunjungi oleh para wisatawan. Rata-rata mereka menginap di rumah penduduk yang diistilahkan dalam Bahasa Inggris dengan sebutan homestay. Ada tikar, kasur sejumlah spons, kelambu dan toilet di setiap homestay milik warga. 

Wisatawan asing biasanya membeli bahan makanan di supermarket di kota Sorong. Ketika berada di kampung, bahan makanan tersebut akan dimasak oleh mama-mama di kampung, ditambah dengan sayur dan buah-buahan lokal dari kampung. 

peta lokasi kampung Klatomok di Kabupaten Sorong
Kampung Klatomok

Wisatawan dari manca negara dari Eropa, Australia, dan Amerika kebanyakan membawa teropong dua tabung (binocular) dan kamera yang dilengkapi lensa telefoto. Ada juga yang membawa teropong satu tabung (spotting scope) yang biasanya dipasang di atas tripod. Teropong ini sangat bermanfaat untuk pengamatan satwa yang berada di pepohonan yang tinggi dan jauh. Karena teropong berada dalam posisi statis, satwa yang diamati menggunakan alat ini akan nampak jelas dan tajam. 

wisata alam di kampung Klatomok
Wisatawan domestik Indonesia di Kampung Klatomok

Aktivitas penjelajahan hutan dilakukan di siang maupun malam hari. Umumnya wisatawan dipandu oleh warga kampung menggunakan penerangan sederhana seperti senter untuk melihat satwa nokturnal seperti wallaby, kuskus.

Selain mengamati satwa, para wisatawan bisa melihat dari dekat bagaimana warga kampung menokok, dan memeras tepung sagu. Wisatawan dapat juga merasakan nikmatnya sagu bakar di kampung Klatomok. Ada sungai kecil di pinggir kampung. Wisatawan bisa mandi di sungai, menikmati airnya yang segar dan dingin, yang mengalir di sela-sela bebatuan.

Burung Raja Udang Paruh Kuning (Yellow-billed Kingfisher)
Burung Raja Udang Paruh Kuning

Untuk menjangkau kampung tersebut, wisatawan domestik maupun manca negara bisa naik kendaraan 4wd dari kilometer 14 (pangkalan kendaraan pick-up 4wd yang melayani jalur Sorong - Tambrauw) dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam. Rata-rata kendaraan pick-up yang tersedia adalah Toyota Hilux atau Mitsubishi Triton. Kendaraan itu akan tiba di depan Kampung Klatomok yang berada dipinggir jalan poros Sorong - Tambrauw. 

Bila Pandemi Covid telah bisa diatasi oleh pemerintah dan masyarakat baik lewat vaksinasi maupun PPKM, dan perjalanan wisata sudah diperbolehkan oleh pemerintah, masyarakat yang selama ini merasa bosan karena harus tinggal di rumah terus akan memiliki kerinduan untuk berwisata ke tempat-tempat terbuka yang berudara segar. Salah satu yang saya rekomendasikan adalah Kampung Klatomok. 

Jangan lupa untuk membawa perlengkapan seperti krim anti nyamuk, sepatu olah raga, pakaian santai (celana panjang/ pendek bisa dan baju kaos), senter, kamera, teropong (kalau ada). 

Semoga ekowisata penjelajahan hutan hujan tropis di Papua Barat ini suatu saat nanti bisa pulih kembali sehingga warga bisa memperoleh pendapatan dari hutan yang mereka miliki dan juga bisa melestarikannya untuk generasi yang akan datang. Ini ditulis oleh Charles Roring.






Wednesday, August 4, 2021

Doves and Pigeons in Rainforest of West Papua

Before the covid pandemic reached Indonesia, I frequently guided visitors to watch birds and wild animals in rainforest. We traveled across tropical rainforests of West Papua where we saw doves and pigeons both in lowland and lower montane forest as well as in higher mountain forest. 

Cinnamon Ground Dove (Gallocolumba rufigula)
Cinnamon Ground Dove in Arfak range

One that attracted my attention was the Cinnamon Ground Dove. I saw it in Arfak range at the elevation of around 1,700 meters above sea level. It came to the dancing ground of Western Parotia to find seeds that fell from nearby trees. Its underparts were bright yellow. The dominant colour of its wings was brown. 

I was able to take pictures of the bird several times. It did not run away when it heard the electronic sounds of the shutter button. I and the visitor who were watching it were sitting inside a blind (a special hut used by birdwatchers to observe birds and other animals in the forest. It has got several holes  that can be used by birdwatchers to observe birds and to take pictures). 

Brown Cuckoo Dove (Macropygia amboinensis)
Slender-billed Cuckoo-dove

Spice Imperial-pigeon (Ducula myristicivora)
Spice Imperial Pigeon in Raja Ampat

Great Cuckoo Dove in rainforest of Vogelkop region of West Papua
Great Cuckoo Dove in the forest of District Senopi in Tambrauw regency
Photographed by Wim Boyden

In Klasow valley - a lowland forest of Sorong regency, I saw several species there including Pink-spotted Fruit Dove, Wompoo Fruit Dove, Brown Cuckoo Dove, Beautiful Fruit Dove, Claret-breasted Fruit Dove, Pinon Imperial Pigeon. Klatomok village was the recommended place for visitors who wanted to watch birds and wild animals.  In this village, visitors stayed in houses that belonged to local villagers. 

homestay in Klasow valley for birding tourists
One of the homestays in Klatomok village for birding visitors
Birding and wildlife watching site in Sorong regency of West Papua
Klatomok Village in Sorong regency of Indonesia

They were not luxurious accommodations but visitors could sleep in mattresses with mosquito nets. There were toilets which visitors could use too. Foods ingredients will mostly be the combination of local fruits, vegetables, sweet potatoes, fish and meat. But I highly recommend visitors to buy food materials from supermarkets in Sorong city and ask some women in Klatomok village to cook for them in combination with the available foods from the village.

Pied Imperial Pigeon in Waigeo of Raja Ampat archipelago
Pied Imperial Pigeon in Waigeo island

In Raja Ampat, my favorite birding site was Warduwer beach, there we could see Pied Imperial Pigeon and sometimes Spice Imperial Pigeon as well as a lot of other birds such as Beach Kingfisher, Rufous-bellied Kookaburra, Spangled Drongo,  Palm Cockatoo, Eclectus Parrot, Blyth's Hornbill, Eastern Osprey, and a lot more.

During this covid pandemic, foreign visitors are still not allowed to fly into Indonesia for taking their holidays. Governments are encouraging their citizens to receive vaccinations. 

We hope that the situation will be improved in the coming months so that international travels can be allowed again. 

Monday, August 2, 2021

Wooden Boats in West Papua

Wooden boats are important marine vehicles which are used by people who live along the coastal areas. They use them to go to work, buy things in towns, or travel from one village to another. 

There are wooden boats that are equipped with outriggers to allow them to have better stability during bad weather. There are also boats that do not have outriggers to allow them to move faster but spend less fuel at sea. Most fishermen do not install outriggers on their boats.

traditional homemade wooden boat in West Papua
wooden boats in West Papua

In Manokwari and Raja Ampat where small wooden boats are used to bring tourists from one snorkeling spots to another, the owners often add used tires, or wooden ladders. After swimming and snorkeling at a coral reef site, tourists can climb on a ladder to get into the boat. 

water taxi in Manokwari

wooden boats in Raja Ampat that belong to North Maluku's fishermen
Fishing boats in Kofiau islands

A small wooden boat is made from a big log. It is dug out to create space for its buoyancy and for goods and people that a boat will carry. Sometimes this kind of traditional boat is enlarged by adding side walls. The raised walls will provide more buoyancy and increase its carrying capacity. 

Most wooden boats that function as water taxis have got roof and are powered by a 15 or 25 horsepower Yamaha outboard engines. Bigger water taxi boat may use a 40 hp engine. There are other manufacturers such as Honda, Evinrude, and Yanmar. However, Yamaha still dominates the market in West Papua and perhaps in the whole coastal regions of Indonesia. Boat owners will choose engines whose spare parts are readily available. Water taxi boats must turn on their lights when they operate at night to avoid collisions with other boats. 

On land, electric vehicles are gaining popularity especially in China, Europe and the United States. It will take time for electric marine engines to replace the internal combustion engine in Indonesia. It will be a good trend because people will be able to reduce CO2 emissions if they use electric engines whose batteries are recharged by solar power. This is written by Charles Roring.

Thursday, July 29, 2021

Freediving in Warduwer Beach of Raja Ampat

Before the Covid-19 pandemic hit Indonesia, I used to go freediving at Warduwer beach of Waigeo island. My aim was to take underwater pictures of fish, coral reef and other marine creatures that live in the coral reef. Unfortunately, the visibility was very poor because of heavy rain in the previous day. 
swimming and freediving in Raja Amapat
I was freediving

It was a recreational freediving, so I did not dive too deep. As usual I saw a lot of fish in the water. There was a very interesting fish that I saw today. It was sitting on a rock in the shallow water.
Coral reef and marine life in Waigeo island of Raja Ampat
Fish at the drop off area of the coral reef

A beach resort is being built at the moment. Its name is Raja Ampat Flow (RAFLOW) Resort. The resort is a nice place for anyone who wants to enjoy their holiday in Raja Ampat. Birdwatching, swimming, snorkeling and sightseeing to karst islets can be organized at this beach.
stonefish in coral reef of Waigeo island
Stonefish at Warduwer beach of Waigeo island
If you are interested in visiting Raja Ampat, you could stay at this RAFLOW Resort.  Please, contact me by email to: peace4wp@gmail.com or send whatsapp to: +6281332245180.

Sunday, July 25, 2021

Liburan ke Lembah Klasouw di Kabupaten Sorong

Kabupaten Sorong memiliki kawasan hutan yang indah sekali untuk dijadikan sebagai destinasi wisata alam. Selama beberapa tahun belakangan sebelum adanya pandemi Covid-19, banyak sekali wisatawan internasional yang berkunjung ke kabupaten Sorong untuk melihat keanekaragaman hayati dari flora dan fauna yang ada di hutan hujan tropis Sorong. 

Salah satu lokasi yang mereka tuju adalah Lembah Klasouw yang terletak di sebelah timur kota Sorong dan dapat dijangkau dengan kendaraan 4WD dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.

Wisatawan yang berkunjung ke sana biasanya menghabiskan waktu kurang lebih 3 hari/2 malam untuk melihat berbagai jenis satwa yang ada di hutan. Wisatawan lokal biasanya memanfaatkan liburan akhir pekan atau tanggal merah. Di siang hari mereka bisa melihat burung Kakak Tua Putih, Kakaktua Raja, atau Raja Udang Paruh Kuning. Jejak dan kotoran burung kasuari sering terlihat di hutan. Jika beruntung, wisatawan bisa melihat burung raksasa ini. 

Ada berbagai jenis kupu-kupu yang berwarna-warni di hutan tropis Lembah Klasouw ini. Salah satu yang berukuran besar dan memiliki warna yang mencolok adalah kupu-kupu biru (Blue Mountain Swallowtail Butterfly).

Berlibur ke Lembah Klasouw Kabupaten Sorong
Wisatawan Swiss di atas Lembah Klasouw, Kabupaten Sorong

Penjelajahan hutan di malam hari sering juga dilakukan oleh wisatawan dengan dipandu oleh warga setempat. Satwa nokturnal seperti lao-lao (wallaby), kuskus pohon, serta burung hantu Papuan Frogmouth bisa kita saksikan. Wisatawan biasanya tinggal di rumah-rumah penduduk (homestay). Ada kasur sederhana yang dipasangi kelambu.

Kampung Klatomok

Ada banyak kampung di Lembah Klasouw yang bisa dikunjungi wisatawan yang tertarik untuk melihat beragam jenis flora dan fauna yang ada di hutan hujan tropis Papua Barat. Salah satunya adalah Kampung Klatomok. Kampung ini sudah dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun manca negara yang tertarik  melihat hewan marsupial lao-lao dan kuskus, atau burung Jagal Papua, Raja Udang Biru Ekor Panjang. Wisatawan yang ke sana bisa juga mencoba kegiatan tokok, dan meramas sagu untuk menghasilkan tepung. Setelah dibawa ke kampung, wisatawan bisa ikut mencoba memasak sagu untuk membuat papeda atau mencampurnya dengan santan dan gula merah lalu membakarnya untuk dinikmati dengan teh panas atau kopi susu. Rasanya gurih sekali.

Wisatawan Indonesia di Kampung Klatomok, Kabupaten Sorong
Kampung Klatomok di Kabupaten Sorong
Kampung Klatomok di Kabupaten Sorong

Nah, jika Pandemi Covid-19 telah berlalu dan Anda ingin menikmati udara segar yang dihasilkan langsung oleh pepohonan hijau di hutan, silahkan berkunjung ke sana.

pramuwisata Kostan Magablo di Kabupaten Sorong
Pramuwisata Kostan Magablo di hutan Sorong dengan wisatawan Inggris

Oh ya, jangan lupa bawa kamera, binocular serta membeli bahan makanan di supermarket atau di pasar tradisional di Sorong seperti beras, tempe, telur, mie instan, roti, ikan asar (ikan asap), buah-buah, dan lain-lain. Bahan makanan ini bisa dimasak oleh mama-mama yang tinggal di kampung Klatomok yang ada di Lembah Klasouw untuk kebutuhan wisatawan. 

Jangan kuatir kalau ingin berlibur ke kampung Klatomok karena mereka sudah terbiasa melayani wisatawan manca negera yang datang dari berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Oh ya, karena Pandemi Covid masih ada, maka saya harap pembaca menahan diri terlebih dahulu untuk ke sana. Nanti jika aturan PPKM sudah dicabut oleh pemerintah maka perjalanan wisata bisa dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Meskipun sederhana, Anda akan merasa nyaman tinggal dan berlibur di kampung serta berinteraksi dengan warga setempat. Ini ditulis oleh Charles Roring.