Nama Diphyllodes respublica diberikan oleh Charles Lucien Bonaparte, seorang keponakan dari Napoleon yang adalah pendukung sejati republik. Ada kecenderungan umum di kalangan para zoologist pada masa itu untuk memberi nama pada spesies baru menurut nama raja, ratu, atau bangsawan tertentu. Ia tidak setuju dengan hal tersebut. Sebagai gantinya, burung surga asal Raja Ampat ini diberi nama ilmiah seperti yang tertulis di atas. Burung Cendrawasih Wilson atau Cendrawasih Botak adalah salah satu spesies burung surga yang hidup di Kepulauan Raja Ampat bagian utara terutama di Waigeo, Gam dan Batanta.
Cendrawasih Wilson |
Tubuhnya kecil, yang dewasa sekitar 16 centimeter. Yang jantan memiliki punggung sayap berwarna merah, tengkuk kuning, kulit kepala biru bergaris hitam dan dada yang berwarna hijau tua kegelapan. Ada dua antena melingkar di ekornya. Yang betina warnanya coklat biasa dengan dada krem bergaris coklat kehitaman.
Burung ini hidup jauh di dalam hutan hujan tropis Raja Ampat. Perilakunya mirip dengan Cendrawasih Belah Rotan yang hidup di hutan pegunungan menengah di daratan utama Tanah Papua. Mereka sama-sama membuat tempat memikat betina di menggunakan tanaman kecil di dekat tanah sebagai tempatnya bertengger.
Cendrawasih Wilson jantan sedang memanggil-manggil pasangan betinanya |
Burung Cendrawasih Wilson membersihkan tanah dari daun dan ranting yang jatuh lalu memanggil-manggil pasangan betinanya untuk kawin. Kalau sang betina sudah datang, ia akan menggoyang-goyangkan antena di ekornya, melompat dari tanaman tongkat yang satu ke tongkat lain sambil memamerkan keindahan bulunya yang berwarna-warni.
Burung Cendrawasih Wilson telah menjadi daya tarik ekowisata yang penting di Kepulauan Raja Ampat. Banyak sekali wisatawan pengamat burung yang telah berkunjung ke sana. Mereka datang dari berbagai negara baik Eropa, Inggris, Australia, dan Amerika serta Asia. Meskipun di pinggir hutan Waigeo tidak ada hotel berbintang 5, warga setempat dan para pengusaha di Raja Ampat telah membangun akomodasi yang cukup memadai terutama di Pulau Waigeo, Gam dan Batanta. Ada homestay dengan kualitas kamar standard dan ada juga resort dengan kualitas kamar ber AC yang lebih nyaman. Lokasi pengamatan burung Wilson agak jauh ke dalam hutan, wisatawan perlu berjalan kaki atau menggunakan kendaraan 4 WD. Ada sebuah lokasi pengamatan burung Wilson di bagian selatan pulau Waigeo yang agak terpencil. Untuk menjangkaunya, wisatawan perlu naik perahu motor selama kurang lebih 20 menit dari kampung Saporkren kemudian dilanjutlan dengan jalan kaki selama 1 jam.
Pemandangan di Raja Ampat |
Peralatan Pengamatan Burung dan Fotografi
Untuk mengamati burung-burung tropis di hutan Papua, biasanya para pengamat burung menggunakan binokular (teropong dua tabung lensa). Ukuran yang umum dipakai adalah 8×42 mm, 10×42mm jenis prisma roof. Binokular untuk pengamatan burung yang terkenal kualitasnya adalah yang bermerek Leica, Swarovski, Zeiss, Nikon, Vortex Viper HD, Bushnell, dan lain-lain. Teropong yang berkualitas tinggi biasanya menggunakan lensa extra low dispersion, kedap air, ruang tabung diisi gas nitrogen, serta prisma Bak 4, serta cat multi lapisan pelindung lensa yang mencegah silau.
Di samping binokular, peralatan fotografi sering juga dibawa oleh wisatawan. Kamera D-SLR, dengan lensa telefoto seperti Sigma 150-600mm sport adalah pilihan yang baik. Tapi peralatan ini perlu tripod sebagai penstabil kamera. Karena berat dan banyak memakan tempat, banyak wisatawan pengamat burung memilih membawa kamera point and shoot seperti Nikon P1000 atau Nikon P900. Beberapa tahun lalu, saya menggunakan kamera Fujifilm HS50EXR. Meskipun bukan merupakan yang terbaik di pasaran, setidaknya saya bisa membuat gambar Cendrawasih Wilson yang baik untuk keperluan identifikasi dan penulisan jurnal ekowisata pengamatan burung di blog ini.
Selama berada di Raja Ampat, wisatawan bisa juga melihat banyak burung yang lain serta jalan-jalan menggunakan speedboat untuk melihat kepulauan Raja Ampat yang indah dan permai. Ditulis oleh Charles Roring.