Kawan saya, Harry Fatem, seorang dokter hewan lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) bertemu dengan saya di suatu sore tanggal 20 Februari 2008. Ia baru saja kembali dari Jakarta setelah menghadiri pertemuan CIVAS (Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies) di hotel Grand Hyatt guna membahas masalah flu burung.
Sore itu, sambil duduk di atas motor dinasnya, ia terlihat marah-marah di hpnya. Saya datang dari belakang dan mengagetkannya. Ia terdengar sedang mengomeli saudara-saudaranya di kampung yang meminta uang untuk membeli daging babi dari kota buat acara peresmian gedung gereja. Ya, memang tidak masuk akal. Sebenarnya orang-orang kampung itu diberi saja sedikit uang rokok untuk pergi berburu babi di hutan. Tapi itu bukan cerita utama saya hari ini.
Kami pun masuk ke ruang baca di toko buku saya, setelah ngomong sana – ngomong sini akhirnya kita sampai pada topik dunia usaha.
Menurutnya, ia baru saja mendapat restu dari pemda Sorong mengenai proyek pengembangan ternak sapi perah. Satu ekor sapi perah dewasa mungkin harganya bisa mencapai 15 juta rupiah. Tapi dengan teknologi tranfer embrio maka biayanya bisa ditekan. Rencana awal, jumlah embrio yang akan dibeli adalah 30 ekor. Kalau satu ekor dihargai 3 juta maksimum maka ongkosnya mencapai 90 juta. Kalau induk yang dipilih adalah sapi pedaging dengan harga per ekor 3 juta maka perlu 90 juta lagi. Hitung-hitung jumlahnya 180 juta. Tapi induk itu dikemudian bisa dipotong atau diternakkan lagi.
Kalkulasi di atas kertas memang lebih murah transfer embrio. Hanya saja, transfer embrio memerlukan keahlian khusus dan kawan saya drh. Harry Fatem menjamin bahwa ia bisa melaksanakan hal tersebut. Ia memang memiliki kemampuan untuk hal tersebut. Semasa kuliah dulu, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan peternakan sapi perah dengan jumlah ternak mencapai beberapa ratus ekor. Tidak heran, jika apa yang ia kemukakan ini adalah hal biasa baginya sedangkan bagi peternak pada umumnya, hal tersebut cukup rumit.
Ya, semoga saja impiannya itu bisa menjadi kenyataan supaya di tanah Papua ini orang-orang untuk pertama kalinya bisa melihat Sapi Bali (pedaging) beranak Sapi Perah. Itulah bio teknologi. Aneh tapi nyata. He... he... he... by Charles Roring
No comments:
Post a Comment