Sawah di Madura |
Tahun lalu saya sempat singgah sebentar di Pulau Madura, diantar oleh saudara sepupu. Cuaca siang itu cukup panas dan sedikit berangin. Mobil melaju di atas Jembatan Suramadu yang berdiri kokoh menghubungkan kota Surabaya dan "Pulau Garam ini." Sesampainya di sebelah, nampak petak-petak sawah yang telah menguning padinya dan siap di panen. Para petani sedang menyabit padi mereka. Setelah itu padinya dirontokkan. Kemudian para ibu memasukkannya ke dalam karung untuk siap dipikul pulang. Wanita-wanita Madura sungguh hebat. Mereka adalah pekerja keras dan saya sungguh kagum pada mereka. Masih ada orang-orangan sawah dan potongan kain atau plastik yang diikat dengan tali di tengah sawah. Fungsinya adalah untuk mengusir burung. Di beberapa bagian tertentu dari hamparan sawah tersebut, berdirilah menara-menara besi yang dihubungkan dengan kabel listrik tegangan tinggi.
Petani-petani sibuk dengan pekerjaan mereka tanpa peduli dengan mobil orang-orang Surabaya yang lalu-lalang di sekitar mereka. Dari balik kaca jendela saya melihat dengan seksama segala hal yang terjadi di sawah yang telah dikeringkan tersebut. Jerami yang telah diambil padinya, ada yang ditumpuk lalu bakar. Padi tentu saja akan digiling menjadi beras untuk seterusnya diproses menjadi nasi.
Kami pun tiba di sebuah rumah makan yang terletak di sebelah kiri jalan. Saya cukup terkesan dengan suasana rumah makan model lesehan yang digelar di daerah terbuka. Cukup artistik. Hidangan yang disajikan juga ala pedesaan seperti nasi ayam goreng lalapan atau ikan gurami goreng. Tak ada Pizza atau Steak. Masakan Indonesia khas Madura dijamin lezat di lidah. Setelah menikmati makan siang dan berbincang bersama keluarga, sore harinya kami pulang ke Surabaya. Walaupun kunjungan ke Pulau Madura ini tergolong singkat, saya sangat menikmatinya. Semoga suatu saat, saya bisa jalan-jalan ke Jawa Timur lagi. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com
No comments:
Post a Comment