Pages

Wednesday, July 1, 2020

Hamparan Sawah di Seram Timur

Seram Bagian Timur, Maluku
Pelabuhan Sesar Bula di Kabupaten Seram Timur - Maluku
KM Sabuk Nusantara 32 yang saya tumpangi semalam menyusuri Selat Sele. Pagi harinya kapal ini singgah di Harapan Jaya Kepulauan Misool. Setelah itu kapal ini berlayar lagi menyeberangi laut Seram dan akhirnya tiba di Bula pada sore hari. Laut di sekitar Pelabuhan Bula nampak tenang. Padahal diluar perairan itu, ombak yang ditiup oleh angin tenggara tingginya mencapai beberapa meter. Karena pertimbangan keselamatan pelayaran maka, nakhoda memutuskan bahwa kapal tidak jadi melanjutkan perjalanan ke Geser, Gorom dan Fakfak. Oleh karena itu para penumpang yang ada di atas kapal terpaksa harus mencari alternatif lain. Sebelumnya, saya agak kecewa karena ingin sekali melihat Geser, Gorom serta Kesui yang katanya indah sekali pemandangannya. Apa boleh buat, perjalanan darat harus saya tempuh menembus Pulau Seram  untuk kemudian tiba di Pulau Ambon.
Sawah di Seram Bagian Timur
Sawah di Seram Bagian Timur
Bula adalah ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur. Kota ini kecil saja. Selama berada di sana, saya sempat melihat beberapa karyawan sebuah perusahaan eksplorasi minyak sedang lalu lalang di "dekat terminal bus." Siang harinya jumlah penumpang sudah semakin banyak dan bus pun berangkat menuju Ambon. Setelah cukup lama berjalan, pemandangan di luar bus mulai berubah. Hamparan sawah yang luas terbentang di sisi kanan dan kiri jalan. Nampaknya, bus sudah memasuki kawasan transmigrasi. Saya cukup kaget melihat pemandangan ini karena secara tradisional, orang Maluku dikenal sebagai pelaut ulung, pemburu, petani ladang atau pegawai negeri, dan bukan petani sawah. Saya bisa maklum melihat pemandangan sawah yang hijau menguning itu karena sebenarnya sebagian besar penduduk Maluku sekarang ini telah memilih beras atau nasi sebagai makanan pokok mereka. 
Maluku
Sawah yang hijau menguning di Seram Timur
Tak lama kemudian, sopir bus berhenti di sebuah warung dan memuat beberapa karung beras yang sudah digiling untuk dibawa ke kota Ambon. Walaupun saya cukup prihatin dengan perubahan konsumsi makanan pokok dari sagu, dan umbi-umbian ke beras, saya ikut bersyukur bahwa setidak-tidaknya Maluku memiliki lumbung padi yang mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduknya. Selain, Seram Bagian Timur, daerah lain di Maluku yang memiliki lahan persawahan yang luas adalah di Pulau Buru. Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis terkenal dari Indonesia, telah menulis banyak tentang Pulau Buru dalam karya-karyanya. 
Perjalanan dari Pulau Seram ke Pulau Ambon ini membawa angan-angan saya ke masa 12 tahun silam ketika masih kuliah di Universitas Pattimura. Semoga suasana damai yang saya rasakan di Maluku akan tetap terpelihara sepanjang masa. oleh Charles Roring


No comments:

Post a Comment