Pages

Sunday, June 21, 2020

Menonton Tarian Yospan di Pulau Numfor


Wisata budaya di Numfor
Tarian Yospan  di Pulau Numfor
Tarian Yospan adalah tarian pergaulan di antara muda-mudi Papua yang saat ini semakin terkenal di Indonesia. Selama beberapa kali perjalanan saya bersama sejumlah wisatawan asing ke Pulau Numfor, kami menyempatkan diri untuk menyaksikan pentas seni tari Yospan di rumah Bapak Simon, Ketua Dewan Adat Papua di daerah itu.


Numfor adalah destinasi wisata yang mudah dijangkau dengan pesawat maupun kapal dari kota Manokwari dan Biak. Sudah beberapa kali saya mengunjungi pulau Numfor bersama dengan wisatawan Belanda, Finlandia serta Ceko. Kebanyakan aktivitas yang digemari oleh mereka adalah berenang, snorkeling atau mengamati burung dan satwa liar di hutan hujan tropis maupun di hutan bakau.
Sebenarnya masih ada satu tempat lagi yang menarik untuk dikunjungi di Pulau Numfor yakni rumah milik Bapak Simon Wanma. Di rumah itu, kita bisa melihat barang-barang bekas Perang Dunia ke - 2 seperti senapan mesin, bom, helmet. Perlengkapan perang tersebut dipajangnya di depan rumahnya sebagai hiasan. Semuanya sudah tidak berfungsi dan telah karatan. Persenjataan PD II itu peninggalan tentara Jepang dan Sekutu Amerika yang sempat bertempur di daerah itu pada tahun 1944. Peralatan perang tersebut nampak seperti museum kecil yang patut untuk dilihat oleh wisatawan.
Atraksi lainnya yang bisa dinikmati di rumah Bapak Simon adalah pementasan tarian adat Yospan. Wisatawan asing suka menonton tarian itu ketika dipentaskan di hadapan mereka. Ada yang bahkan ikut menari bersama dengan para penari-penari Yospan. Untuk menonton tarian tersebut, wisatawan perlu menemui beliau dan memintanya untuk menghubungi para personil grup tari di kampung itu. Ada yang bekerja sebagai nelayan, tukang bangunan, pegawai serta ada juga yang masih sekolah. Oleh karena itu, tidak setiap saat mereka bisa menari. Waktu luang hanya tersedia di sore atau malam hari setelah para penari dan pemain musik pulang dari pekerjaan mereka. Biaya untuk sekali pentas adalah Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) sebagai "uang rokok dan uang pinang" yang akan diberikan kepada penari, pemusik dan penyanyi. Harga itu relatif murah untuk sebuah grup tari yang beranggotakan lebih dari 20 orang pemain. oleh Charles Roring/E-mail: peace4wp@gmail.com

No comments:

Post a Comment