Lesser Birds of Paradise |
Burung surga atau disebut juga burung Cendrawasih memiliki warna bulu yang indah sekali. Kepalanya berwarna kuning dengan leher hijau dan sayapnya berwarna coklat tua. Di sela-sela sayap ada bulu kuning dan putih yang melambai-lambai ketika ia berdansa atau terbang. Burung ini dalam bahasa Inggris disebut birds of paradise. Sebenarnya ada 38 spesies burung surga yang dikenal dalam dunia sains. Jumlahnya bisa berkembang sejalan dengan adanya eksplorasi dan penemuan baru yang kemungkinan bisa terjadi di Papua.
Selama ratusan tahun, burung Cendrawasih menjadi incaran para pedagang dan kolektor burung. Masyarakat Papua sendiri menyimpan sekurangnya 1 ekor burung Cendrawasih yang telah dikeringkan dalam rumah mereka untuk keperluan upacara, penyambutan tamu, atau tari-tarian adat. Namun demikian burung yang telah dikeringkan tersebut dapat diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga hal tersebut bisa dimaklumi.
Perburuan burung Cendrawasih untuk diperdagangkan ke luar tanah Papua telah dilarang oleh pemerintah dalam hal ini lewat instansi Konservasi Sumber Daya Alam di Departemen Kehutanan. Sayangnya tetap saja masih terjadi perdagangan burung antar pulau.
Untuk menekan atau menghapus jaringan perdagangan burung surga maka harus ada mekanisme alternatif yang bisa diperkenalkan kepada para penduduk Papua. Salah satu yang saya laksanakan adalah ekowisata. Dalam program ekowisata (ecotourism), wisatawan datang ke tempat burung Cendrawasih berkumpul untuk menonton mereka berdansa di pagi dan sore hari. Dari kegiatan wisata menonton burung tersebut, penduduk asli Papua bisa memperoleh penghasilan tambahan dari sumber daya alam yang mereka miliki tanpa harus merusaknya. Meskipun jumlah wisatawan yang datang untuk menonton burung surga jumlahnya masih kecil, kontribusi mereka bagi perekonomian masyarakat lokal mulai terasa.
Contohnya, di Kampung Warmarway yang letaknya sekitar 1 jam perjalanan darat ke arah selatan Manokwari, ada sebuah hutan yang telah saya promosikan di internet sebagai destinasi untuk pengamatan burung Surga. Hampir setiap bulan ada saja orang asing (dari Eropa, Amerika Serikat) yang datang untuk menontonnya. Pemilik hak ulayat di hutan Warmarway adalah Bpk. Yunus Sayori. Penghasilan yang diperolehnya dari para wisatawan dapat ia gunakan untuk mendukung anaknya yang sedang kuliah di Manado. Tentu hal tersebut cukup membanggakan karena tidak semua keluarga di kampung Warmarway bisa menyekolahkan anak mereka ke luar pulau Papua.
Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk membuat program ekowisata di Papua berhasil. Dengan dukungan masyarakat adat, pemerintah dan operator tur, saya optimis, kita bisa melestarikan alam Papua dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. oleh Charles Roring
No comments:
Post a Comment