Pages

Sunday, July 7, 2019

Wisata Nonton Burung di Waigeo Raja Ampat

Burung Bidadari Cendrawasih Merah Waigeo
Burung Surga Merah (Paradisaea rubra)
Tadi pagi subuh, saya dan 2 orang wisatawan Amerika, Bpk. Bruce and Ibu Paige Harvey berangkat dari bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar ke kota Sorong di Provinsi Papua Barat. Jam 03.30, kami naik pesawat Bombardier CRJ 1000 Next Generation yang dioperasikan oleh maskapai Garuda. Pelayanan di dalam pesawat sangat bagus. Nasi ayam yang masih hangat dan puding yang disajikan kepada para penumpang sangatlah lezat. Setelah tiba, kami masih singgah sebentar di hotel Swissbel untuk menikmati sarapan. Saya memilih buah melon, dan semangka serta jus buah guava sebagai menu utama karena saya perlu meningkatkan data tahan tubuh. Buah-buah itu mengandung Vitamin B6, Vitamin C, dan Vitamin K serta zat besi, mangan dan magnesium yang diperlukan tubuh untuk menjaga stamina agar tetap prima.
Setelah itu, kami berangkat menuju Waisai dengan kapal cepat. Waktu tempuh adalah sekitar dua jam. Pada mulanya cuaca cukup cerah dan laut tenang. Saat kapal mendekati pulau Waigeo, laut mulai bergelombang dan kapal terasa bergoyang agak kuat. Untung saja tidak lama kemudian kami merapat di pelabuhan. Staff Raja Ampat Dive Resort (RADAR) sudah menunggu di dermaga untuk menjemput kami. 
Tujuan utama kami ke Raja Ampat adalah untuk menonton burung. Oleh karena itu, segera setelah menaruh tas di kamar, saya sudah siap di lobi resort untuk memandu mereka. Ternyata hanya Ibu Paige yang ingin sekali untuk menonton burung tropis Papua. Bapak Bruce lebih memilih beristirahat sambil membaca buku di pelataran resort yang menghadap ke laut.
Helmetted Friarbird
Helmetted Friarbird
Saya membawa laser pointer, spotting scope, binocular dan buku panduan lapangan: Birds of New Guinea karangan Thane K. Pratt dan Bruce Beehler. Kami mulai berjalan sepanjang pantai ke arah timur. Kurang dari 3 menit, kami sudah mendengar suara wus... wus... wus... di antara pepohonan tinggi. Ternyata dua ekor burung taun-taun (Blyth's hornbill) terbang meninggalkan dahan tempat mereka bertengger setelah mendengar suara kami. 
Kami pun terus berjalan sepanjang tepian pantai yang mulai berubah komposisinya menjadi lebih berbatu-batu. Di udara tiba-tiba saja kami melihat dua ekor burung, yang kecil berwarna hitam bernama Willie Wagtail dan yang lebih besar sayapnya coklat adalah Brahminy Kite. Willie Wagtail sedang mengejar atau mengusir Brahminy Kite. Mungkin sang Willie Wagtail yang bertubuh kecil berusaha untuk melindungi anaknya dari serangan sang predator. Saat menyusuri jalan setapak menuju jalan raya, kami melihat Helmetted Friarbird dan Oriental Dollarbird. Ada juga beberapa ekor kakaktua jambul kuning (Sulphur-crested Cockatoo) yang berteriak-teriak dari cabang pohon yang tinggi di kejauhan. Untuk melihat mereka, saya memasang spotting scope. 
Para pengendara sepeda motor memberi sapaan "Hello Mester" kepada kami. Ada beberapa anak Papua yang sedang duduk di rumah kebun yang terletak di sebuah bukit di pinggir jalan. Rumah kebunnya belum selesai - masih berupa rangka dan lantai kayu. Saya dan ibu Paige singgah sejenak. Ada pohon mangga dan beberapa pohon lainnya di sekitar rangka rumah tersebut. Kami beristirahat sambil menikmati hembusan angin dan bayangan teduh yang disediakan oleh pohon-pohon di sekitar kami. Ibu Paige memberitahuku bahwa di depan kami, di pucuk bambu yang berada di lereng bukit, ada seekor burung yang bertengger dengan tenang. Ukurannya kecil. Saya mengangkat binocular untuk melihatnya. Ternyata itu adalah burung White-breasted Wood-Swallow. Burung-burung seperti Eastern Osprey, Eclectus Parrot, terbang cepat di sela-sela pohon. Sepuluh menit kemudian, kami sudah mulai lagi berjalan, di puncak bukit kami melihat burung Oriental Dollarbird. Suhu udara semakin terasa panas dan kami tidak membawa air minum. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke resort. Masih di dekat puncak bukit ada pohon yang berbuah lebat. Ukuran buahnya kecil seperti kelereng serta kebanyakan berwarna merah. Beberapa ekor burung hinggap di pohon itu. Ternyata mereka adalah Hooded Butcherbird yang sangat terkenal dengan suaranya yang merdu. Warnanya hitam dan putih serta warna paruh yang abu-abu.
Sulphur-crested Cockatoo (kakaktua jambul kuning)
Kakaktua Jambul Kuning
Setelah tiba di Raja Ampat Dive Resort, kami beristirahat selama 2 jam. Sore harinya, pada pukul 17.00, kami jalan birding lagi. Ada sejumlah spesies tambahan yang berhasil kami lihat seperti sepasang Pinon Imperial Pigeon yang lagi bersayang-sayangan di ujung cabang pohon, serta Rufuous-bellied Kookaburra yang indah sekali. Sayapnya biru, dada dan perutnya berwarna merah. Paruhnya putih. Ketika matahari telah hilang dari cakrawala, kami pun bersiap-siap pulang. Seekor Kakaktua Raja (Palm Cockatoo) terbang ke arah barat, seakan memberi tanda bahwa sebentar lagi malam segera tiba. Kami pun pulang ke resort dengan hati senang.
Hari berikutnya, kami melakukan penjelajahan hutan di pagi hari mulai dari jam 05.00 hingga jam 11.00. Kami berhasil melihat burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra). Orang menyebutnya juga burung Bidadari Raja Ampat.
Baca juga:

No comments:

Post a Comment