Wednesday, April 17, 2013

Ikan Bakar di Ambon Memang Lezat

Suatu malam ketika berada di Ambon, saya merasa lapar sekali. Hari sudah menunjukkan jam 8 dan cuaca di luar masih hujan. Kepada wartawan senior - Rudi Fofid, saya menanyakan tempat makan ikan bakar yang bisa dijangkau di malam hari. Lima belas menit kemudian, saya diboncengi oleh Opa Rudi (demikian nama kerennya) menuju pusat kota. Hujan rintik-rintik masih terasa di badan ketika kami meninggalkan studio Radio Mena-Moeria.
Ikan bakar
Hidangan ikan bakar di kota Ambon
Kami pun tiba di sebuah rumah makan kecil yang berada tak jauh dari Ambon Plaza. Beberapa orang pengunjung sudah duduk di situ. Ikan bakar merupakan menu yang suka saya pesan ketika berkunjung ke Ambon. Harganya sekitar Rp. 40.000 per porsi. Saya dan Opa Rudi duduk di meja yang berhadapan dengan pintu masuk. Sambil menunggu kedatangan ikan bakar tersebut, kami bercerita tentang rekonsiliasi di Maluku, eko-wisata serta pelestarian alam dan terumbu karang Maluku. Opa Rudi mengutarakan angan-angannya untuk membangun museum sejarah alam di kampung halamannya Ngilngof.
Akhirnya ikan bakar pesanan kami pun tiba. Saya menyantapnya dengan lahap. Memang ikan bakar di Ambon ini lezat sekali rasanya.
Ambon adalah sebuah kota teluk yang indah di Maluku. Pemandangan indah kota ini, beserta laut biru di dalam teluknya bisa dinikmati wisatawan ketika berkunjung ke Tugu Christina Martha Tiahahu di kawasan Karang Panjang.  Para pelancong bisa juga menikmati berbagai aktivitas wisata alam di pulau ini. Snorkeling, diving, trekking, birdwatching merupakan kegiatan yang umum dilakukan wisatawan. Bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah perdagangan rempah-rempah dan interaksi Maluku dengan dunia luar, serta keanekaragaman budaya di Maluku, kunjungan ke Museum Siwalima adalah titik awal yang tepat.
Nah, jika Anda berkunjung ke Ambon - ibukota Provinsi Maluku, jangan lupa untuk mencoba ikan bakarnya. Catatan ini dibuat oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Saturday, March 30, 2013

Menikmati Keindahan Terumbu Karang di Manokwari

Terumbu karang di perairan sekitar kota Manokwari indah sekali warnanya. Selama beberapa hari belakangan ini, saya bersama-sama dengan Salo Rumadas dan sejumlah pemuda dari pantai Abasi melakukan kegiatan snorkeling. Kami menghabiskan sebagian besar waktu "menyelam" di perairan sebelah timur dari daerah perkampungan. Cuaca saat itu agak berombak sehingga cocok untuk olah raga selancar air. Kami memilih lokasi snorkeling di belakang ombak sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan air yang mengarah ke pantai.
Snorkeling tour in West Papua
Terumbu karang di Manokwari
Ada bermacam-macam ikan yang kami lihat di dalam laut. Ada yang berwarna coklat, biru dengan strip hitam dan masih banyak lagi jenis ikan yang tak bisa saya sebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Salah satu dari teman saya adalah Henoch Marien. Ia ditugasi untuk memotret ikan dan terumbu karang di dalam laut. Alasan utama untuk penugasan tersebut karena Henoch memiliki "napas yang panjang." Ia bisa berada agak lama di dalam laut pada kedalaman 2-15 meter tanpa mengenakan peralatan selam sama sekali. Ia hanya menggunakan mask (kaca selam) tanpa pipa (snorkel) sebagai alat bantu pernapasan kala berada di permukaan laut.
Dengan berbekal sedikit pengetahuan memotret yang saya berikan padanya, ia pun mulai beraksi di dalam air. Kamera yang dipegangnya masih baru yakni Canon Powershot G1X yang diberi pelindung (water housing) WP-DC44. Kamera ini dibeli Salo untuk keperluan pemotretan di dalam air demi upaya para pemuda di pantai Abasi dalam mempromosikan daerah mereka sebagai destinasi surfing dan snorkeling.
Coral reef in West Papua
Anemonefish
Foto di atas menunjukkan sejenis anemone dengan dua ekor ikan badut (clownfish). Pernah ada film dari Walt Disney yang mengisahkan kehidupan tentang ikan Nemo. Film ini terkenal di seluruh dunia sehingga banyak orang sekarang memanggil ikan ini dengan Nemo. Kemungkinan besar kata Nemo merupakan pemendekan dari kata Anemone.  
Di samping ikan Nemo tersebut, beberapa species ikan yang menarik perhatian kami ketika menikmati olah raga snorkeling di pantai Abasi adalah Convict surgeonfish (Acanthurus triostegus) dan Striped surgeonfish (Acanthurus lineatus). Ada hal yang menarik dengan ikan convict surgeonfish yang badannya berwarna putih dengan 5-6 garis hitam. Ikan ini suka mencari makan dalam satu gerombolan besar. Warna tubuh mereka yang cerah ini kelihatan kontras di dalam birunya air laut. Berikut ini adalah foto ikan tersebut.
Ikan striped surgeonfish dan terumbu karang di Papua Barat
Ikan Striped Surgeonfish
Foto-foto ini membuktikan bahwa Manokwari layak untuk dijadikan sebagai destinasi wisata snorkeling untuk para pencinta alam yang ingin sekali menikmati keindahan bawah laut Papua. 
Bagaimana bepergian ke Manokwari?
Pertanyaan di atas sangat umum diajukan oleh para wisatawan Indonesia yang menghubungi saya lewat email. Dari kota Anda, carilah penerbangan ke Manokwari menggunakan salah satu maskapai penerbangan nasional seperti Lion Air, Express Air dan Batavia Air. Setelah tiba di Manokwari, Anda bisa berangkat ke Losmen Kagum yang terletak di Jalan Brawijaya. Losmen ini cocok untuk wisatawan yang ingin menghemat biaya perjalanan. Ada juga beberapa hotel berbintang di Manokwari. Salah satunya adalah Swiss-Belhotel. Setelah sampai di kota Manokwari, silahkan menghubungi hp saya 081332245180. Saya akan membantu mengatur perjalanan snorkeling Anda di kota ini. Bila masih memerlukan penjelasan lebih mendetail, silahkan menghubungi e-mail saya: peace4wp@gmail.com. oleh Charles Roring

Friday, March 29, 2013

Snorkeling di Pantai Abasi

Pantai Abasi terletak di sebelah timur kota Manokwari. Diperlukan waktu kurang lebih 20 menit dengan kendaraan bermotor untuk sampai di sana. Beberapa bulan terakhir ini, pantai tersebut sering saya promosikan sebagai destinasi wisata buat para penggemar selancar air (wave surfing). Sebenarnya tidak hanya olah raga itu saja yang bisa dinikmasi wisatawan tetapi juga berbagai aktivitas yang berhubungan dengan laut seperti dayung perahu, snorkeling, dan memancing.
Terumbu karang di Pantai Abasi masih dalam keadaan baik. Kemarin, saya pergi ke sana untuk mencoba sebuah kamera baru Canon Powershot G1X yang dilindungi waterhousing WP-DC44 buat pengambilan foto-foto di dalam air hingga kedalaman 40 meter.
Ikan dan terumbu karang di Manokwari
Saya ditemani seorang peselancar setempat yang bernama Henoch. Selama snorkeling di pantai Abasi saya bisa melihat berbagai macam karang dan ikan yang berwarna-warni. Ternyata Henoch bisa menyelam hingga ke kedalaman sekitar 3 hingga 6 meter. Saya sendiri bisa mencapai ke dalam tersebut tapi tidak bisa terlalu lama di sana karena telinga dan leher akan terasa sakit. Saya pun memberi penjelasan bagaimana menggunakan kamera digital itu. Yang ia perlukan hanyalah mengarahkan kamera ke ikan dan karang yang nampaknya menarik lalu menekan tombol shutter.
Terumbu karang di Papua Barat
Kehidupan bawah laut
Henoch langsung beraksi ketika ia telah menerima kamera. Saya tetap menemaninya selama beberapa jam di laut. Kami terus berenang ke laut yang lebih dalam. Kurang lebih jam 3.30, kami kembali ke darat. Saya langsung menyalakan kamera untuk melihat hasil pemotretannya. Luar biasa bagusnya pemandangan di bawah air.
Selancar di Pantai Abasi
Anak-anak di Pantai Abasi
Manokwari sebagai ibukota Provinsi Papua Barat memiliki banyak tempat yang bisa dijadikan sebagai obyek wisata. Selain snorkeling dan wave surfing, kegiatan yang wisata alam yang digemari oleh para pelancong dari manca negara adalah trekking, camping dan birdwatching. Bila Anda gemar berpetualang di alam terbuka, Manokwari adalah destinasi yang pas. Saya telah menulis beberapa artikel tentang selancar air. Jika Anda tertarik untuk membacanya, silahkan baca beberapa artikel berikut:
Selancar Air di Manokwari
Gadis cilik Papua yang suka selancar air
Peselancar dunia di Tanjung Bakaro Manokwari
Semoga foto-foto snorkeling di Manokwari ini bisa Anda nikmati. Selamat berwisata dan tetaplah hati-hati selama perjalanan, Anda. oleh Leo Roring/ Email: peace4wp@gmail.com

Tuesday, February 26, 2013

Selancar Air di Manokwari

Selancar air di Manokwari
Selancar adalah olah raga air yang sangat menantang dan berbahaya. Selain memerlukan ketrampilan, pengetahuan atas ombak, dan keseimbangan khusus untuk berdiri di atas papan luncur, peselancar harus berani menghadapi ombak yang besar. Hal ini sangat tidak bisa dilakukan oleh siapa saja. Untuk menjadi peselancar yang mahir, seseorang harus berlatih selama berjam-jam hingga beberapa minggu.
Di Manokwari - ibukota Provinsi Papua Barat, anak-anak Papua yang tinggal di Pantai Abasi sudah terbiasa berenang di laut dengan ombak yang tinggi. Banyak di antaranya yang memanfaatkan papan kayu untuk berselancar. Pada suatu hari, kegiatan mereka untuk berselancar dengan papan yang sederhana tersebut menarik perhatian wisatawan asing yang suka dengan selancar air. Sejak saat itu, satu atau dua orang di antaranya mendapat bantuan papan selancar standar yang terbuat dari foam dan fiberglass.
Para peselancar di Pantai Abasi
Para pemuda peselancar di Abasi
Dengan berlalunya waktu, anak-anak Papua di Abasi kemudian bertemu dengan Salo Rumadas, seorang pengusaha Papua yang juga suka dengan olahraga selancar air. Atas inisiatif Salo, anak-anak dan pemuda di Abasi tersebut akhirnya mendapat sumbangan papan selancar darinya. Sekarang, mereka bisa berselancar dengan menggunakan papan standard yang umumnya dipakai para peselancar dari luar negeri. Mereka lalu membentuk sebuah perkumpulan kecil yang diberi nama Abasi Klub Surfing. Kegiatan-kegiatan mereka bisa dilihat di blog abasiklubsurfing.blogspot.com. 
Brazil wave surfer Alberto Castro
Peselancar Asing di Manokwari
Bulan Februari hingga Maret, beberapa tahun lalu, para peselancar air dari beberapa negara berkunjung ke Manokwari. Mereka adalah sebuah tim selancar dari SurfExplore yang sudah lama bergelut di bidang selancar air. Kehadiran tim selancar internasional ini menambah kepercayaan diri anak-anak Papua di pantai Abasi yang tentu saja mendapat tambahan pengetahuan setelah melihat para peselancar kelas dunia tersebut bermain dengan ombak-ombak besar dari Lautan Pasifik. 
Kedatangan tim selancar air dari SurfExplore tersebut (John Callahan - Amerika Serikat; Phil Goodrich - Amerika Serikat; Hayato Maki - Jepang; Alberto L Castro - Brazil dan Emiliano Cataldi - Italia) sangat berharga di mata para anggota Abasi Klub Surfing karena mereka membantu mengangkat nama Manokwari sebagai destinasi baru untuk para peselancar air dunia. 
Selain selancar air, Manokwari adalah destinasi penting untuk wisatawan asing yang ingin menjelajah hutan hujan tropis di Pegunungan Arfak dan Pegunungan Tambrauw untuk mengamati burung surga, burung pintar, atau ingin melakukan kegiatan snorkeling di Teluk Dore dan daerah-daerah di sekitarnya.
Para pelancong yang datang ke Manokwari dan menikmati liburannya di sini bisa menginap di sejumlah hotel yang dibangun di dalam kota. Wisatawan dengan dana yang terbatas pula menginap rumah-rumah sederhana milik masyarakat setempat yang tinggal di Pantai Abasi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi Abasi Klub Surfing akan membangun rumah tamu untuk wisatawan surfing guna membantu mereka tetap dekat dengan lokasi selancar sehingga biaya transportasi yang harus mereka keluarkan setiap hari bisa ditekan serendah mungkin. Abasi Klub Surfing bisa membantu wisatawan yang ingin menyewa sepeda motor Honda atau kendaraan bermotor beroda 4 seperti Toyota Hilux dengan harga yang terjangkau.
Sarana telekomunikasi di kota ini cukup memadai. Ada beberapa internet cafe yang bisa dimanfaatkan oleh wisatawan. Jaringan telepon celuler juga telah menjangkau sebagian besar wilayah kota dan sebagian kawasan pantai utara yang menjadi obyek wisata surfing. Para pemakai telpon genggam menggunakan SIM Card Simpati dan As yang harganya murah dan dapat diandalkan. Sejumlah hotel di kota ini menyediakan fasilitas internet WIFI. Telkomsel Flash dapat pula dimanfaatkan oleh para pengguna laptop yang ingin segera meng-upload foto-foto surfing yang mereka buat untuk dibagikan kepada teman-teman mereka yang ada di media sosial seperti Facebook.
Jika Anda berminat menikmati atau belajar selancar air di Manokwari, silahkan berkunjung ke Pantai Abasi di sebelah timur kota ini. Biasanya, musim ombak dimulai pada akhir Oktober hingga sekitar bulan Maret. Di samping menikmati olah raga air ini, wisatawan bisa juga menikmati aktivitas lain seperti snorkeling, dan juga jalan-jalan melihat hutan dan burung-burung tropis yang indah warnanya dan merdu kicauannya. 
Pantai Batu Papan
Pantai ini terletak di utara kota Manokwari dan sering dikunjungi wisatawan domestik dan internasionalm Di pantai ini ada rumah tamu (guesthouse) yang bisa disewa sebagai tempat menginap bagi wisatawan. Harga per malamnya adalah Rp. 400,000  dan telah dilengkapi AC. 

Thursday, February 14, 2013

Panorama Gunung Botak Yang Memukau

Wisata Alam di Papua Barat
Oma Gertraud bersama dua tukang ojek di Gunung Botak
Seorang Oma dari Jerman yang bernama Gertraud mengirim e-mail dan meminta saya mengantarnya melihat beberapa kampung di sekitar Manokwari sehingga dia bisa bertemu penduduk asli Papua. Sewaktu masih sekolah dulu, Oma Gertraud sering diceritakan oleh gurunya tentang pemandangan Papua yang indah sekali dan keramahan penduduknya. Gurunya Oma Gertraud itu pernah tinggal lama di Papua. Sayang sekali saya lupa menanyakan nama dari guru itu.
Ketika tiba di Manokwari, saya pun mengantar Oma Gertraud ke Ransiki. Kami naik kendaraan umum yang mengantar kami melewati kawasan pesisir sebelah timur Pegunungan Arfak. Di sebelah kiri kami adalah tebing-tebing yang curam dengan pemandangan lautan biru yang menakjubkan. Sementara itu di kanan adalah Pegunungan Arfak yang terjal dan gagah perkasa, tempat burung-burung surga berdansa di dahan-dahan pohon di pagi hari.
Setelah tiba di kota Ransiki, saya segera mencari 2 tukang ojek yang bersedia membawa kami ke Gunung Botak. Masing-masingnya meminta 100 ribu rupiah. Kendaraan yang akan kami tumpangi ke sana adalah satu buah sepeda motor merek Honda Revo dan sepeda motor 2 tak merek Yamaha. Sebelum berangkat, kami singgah sebentar di sebuah warung yang menjual bensin. Tak lama kemudian, perjalanan ke Gunung Botak dimulai. Kami melewati Distrik Momi Waren dengan kampung-kampungnya yang berjejer di kedua sisi jalan. Sesekali kami melihat anak-anak Papua yang bermain di halaman rumah. Ada yang melambaikan tangan mereka kepada kami. 
Ekowisata di Manokwari Selatan
Panorama Gunung Botak yang indah Sekali
Dari penuturan seorang tua bapak Jan Manusawai di Manokwari, bahwa sebelum  masa Perang Pasifik, daerah ini dikuasai oleh para petani Jepang. Mereka menanam tanaman jute yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Tiba-tiba saja sebelum Perang Pasifik pecah, mereka pulang ke negaranya. Kini tanaman serat jute yang berguna dan memiliki nilai ekonomis pembuatan tali maupun industri kertas terbengkalai begitu saja di sana.
Dua sepeda motor yang dikendarai oleh dua tukang ojek Papua ini melaju menyusuri jalan beraspal yang berlobang-lobang. Anak-anak muda ini lincah sekali. Sayang sekali, ketika hampir sampai di Gunung Botak, salah satu motor tiba-tiba mogok. Setelah memeriksa isi tangkinya, ternyata bahan bakarnya sudah habis. Maklum motor dua tak meskipun dapat berlari kencang, ternyata sangat boros bahan bakar. Salah satu kawannya, kembali ke kampung terdekat untuk membeli bahan bakar. Hari sudah sore ketika dia kembali dan kami pun bisa melanjutkan perjalanan ke Gunung Botak. Mengapa disebut Gunung Botak? Seperti yang tampak pada foto-foto di artikel ini, sebagian besar permukaannya tidak ditumbuhi pepohonan.
Kami berhenti di sebuah tanjung untuk mengambil gambar pemandangan pegunungan, teluk dan perairan yang indah sekali. Panorama Gunung Botak di daerah Manokwari Selatan ini indah sekali dan layak dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. 
Hasil tangkapan ikan wargga nelayan
Anak-anak Papua yang baru saja kembali dari laut setelah memancing ikan
Beberapa kali Oma Gertraud berdiri bersama dengan tukang ojek itu dan beberapa anak muda Papua yang baru saja pulang dari laut untuk menangkap ikan. Mereka senang difoto bersama Oma Gertraud. Langit mulai ditutupi awan tebal pertanda sebentar lagi hujan lebat segera turun. 
Saya segera memasukkan kamera digital Nikon Coolpix P500 ke dalam tas dan menyelubunginya lagi dengan kantong plastik agar tidak dirusaki oleh air hujan. Kami pun kembali dan tiba di Ransiki di malam hari.
Ingin Jalan-jalan ke Gunung Botak?
Gunung Botak yang indah ini terletak di tepi Teluk Cendrawasih yang indah sekali pemandangannya. Selain menikmati pemandangan, Anda bisa berenang dan snorkeling di sana. Kalau Anda tertarik ke Gunung Botak, terbanglah ke kota Manokwari. Cara yang paling murah adalah dengan naik kapal PELNI. Setelah itu, naiklah kendaraan umum (harganya kira-kira Rp. 50.000/orang) yang akan membawa Anda ke kota Ransiki. Sesampainya di sana carilah tukang ojek (antara Rp. 200 ribu hingga 250 ribu per orang) yang akan mengantar Anda ke Gunung Botak. Di kota Ransiki ada penginapan yang harganya cukup terjangkau (kurang lebih Rp. 300 ribu/malam). 
Masih bingung dan perlu tambahan info? Silahkan hubungi saya lewat email: peace4wp@gmail.com

Wednesday, February 13, 2013

Naik Sepeda Motor Keliling Kaimana

Kaimana adalah sebuah kota kecil di Pantai Selatan Papua. Kota ini terkenal dengan sebutan kota senja. Memanjang dari Barat ke Tenggara, Kaimana bisa dijelajahi dalam waktu satu hari penuh. Cara termurah untuk melihat pemandangan Kota Kaimana yang terdiri dari pantai yang dikepung gunung batu adalah dengan naik sepeda motor.
Sewaktu berada di sana, saya bepergian dengan sepeda motor Honda Supra X yang hemat bahan bakar, kami menjelajahi wilayah pinggiran kota Kaimana hingga ke Kilometer 14. Sepeda motor tetap stabil melesat di jalan sempit bergunung hingga saya tiba di sebuah jembatan yang airnya berwarna biru kehijauan (turquoise). Saya berhenti agak lama di sini. Berjalan menelusuri jembatan kayu yang beberapa papannya telah rapuh menuntut kehati-hatian ekstra. 
Sungai di Kilometer 14 Kaimana
Pemandangan Sungai dan hutan di Kilometer 14, Kaimana, Papua Barat
Keindahan alam hutan hujan tropis dan sungai di Kilometr 14 membuat saya terdiam lama mengaguminya. Terus terang saja, saya sungguh jatuh cinta pada kota ini. Diam-diam dalam hati, saya berkata bahwa kalau sampai saya punya cukup uang maka saya akan pindah di kota ini.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu setengah jam melihat pemandangan Kilometer 14 dan beberapa kali melihat burung taun-taun, burung nuri serta kakaktua terbang di udara, saya melanjutkan perjalanan ke Tanggaromi. Daerah ini terletak di sebelah Barat Laut dari Kota Kaimana. Di sana, saya melihat perahu-perahu motor yang keluar masuk Teluk Arguni. Sekali lagi, pemandangan alam di Teluk Arguni ini begitu indah.  Sesudah itu, saya kembali ke kota Kaimana. Di sepanjang jalan, hujan turun dengan derasnya. Saya sempat berteduh sebentar di rumah seorang petani sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan dan tiba di penginapan di sore hari. Kota Kaimana bisa pula dijelajahi dengan naik sepeda gunung (mountain bike). Saya sarankan para wisatawan memakai jenis sepeda gunung dengan gigi depan 3 buah dan gigi belakang antara 7 sampai 9 buah. Sepeda buatan Wim Cycle, dan Polygon sangat cocok untuk Papua.
Orang kampung naik perahu motor ke dalam kampung di Teluk Arguni
Perahu menuju Teluk Arguni di Pelabuhan Tanggaromi - Kaimana
Kota kecil Kaimana yang begitu menawan hati ini tidak sulit dijangkau. Setiap minggu ada kapal PELNI yang singgah di Kaimana dan setiap hari ada pesawat Wings Air yang melayani rute penerbangan dari dan ke Kaimana. Wisatawan yang tinggal di Pulau Jawa, bisa naik Lion Air ke Makassar dan Ambon, untuk selanjutnya ditransfer ke pesawat Wings Air yang akan mengantar mereka ke Fakfak dan akhirnya mendarat di Kaimana.
Saya suka sekali menikmati hidangan ikan bakar di Rumah Makan Daeng pada siang hari. Di malam hari, beraneka-ragam makanan seafood ditawarkan oleh para pemilik warung tenda di kawasan reklamasi di dekat pelabuhan. Ditulis oleh Charles Roring