Aku dan teman-teman sedang asyik berpotret ria di lantai atas. Suasana di sekeliling kami ramai sekali dengan wisatawan lokal maupun mancanegara. Sejenak aku memalingkan pandangan ke arah belakang.
Seorang gadis Jepang melangkah perlahan mendekati stupa terbesar yang berdiri kokoh di tengah candi. Gadis itu cantik sekali. Setelah berhenti, ditutupinya kedua tangannya. Beberapa saat berdiri di hadapan stupa itu, ia lalu menundukan kepala dan menutup mata. Hanyut dalam keheningan, penziarahan, dan kesunyiannya sendiri di tengah-tengah keramaian para pelancong yang sedang tertawa, dan bergantian memotret diri di atas candi. Tak lama kemudian, dia membuka matanya dan mengangkat kepalanya kembali. Merasa diperhatikan, dia lalu melihat ke arahku. Iapun tersenyum padaku.
Candi Borobudur |
Diambilnya sebuah kamera dari sakunya dan disodorkannya padaku. Aku paham keinginannya. Dia pun berbalik membelakangi stupa. Aku berjalan mencari posisi yang pas untuk memotretnya. Setelah menekan tombol shutter, aku menyerahkan kamera itu kembali padanya. "Thank you," ucapnya. Kemudian ia berjalan lagi mengitari jejeran stupa yang ada. Dan aku bergabung lagi dengan teman-temanku.
Siluet stupa dan cahaya matahari |
Dalam hati, aku tersadar bahwa kami semua yang ramai di lantai atas candi, sebenarnya sedang berada di tempat suci agama Buddha. Aku dan kawan-kawan serta wisatawan lain yang ada di situ seharusnya lebih peka dalam menjaga ketenangan di Candi Borobudur itu.
oleh Charles Roring
No comments:
Post a Comment