Hutan hujan tropis di Tanah Papua memiliki banyak sekali spesies burung bersuara merdu. Beberapa di antaranya adalah:
- Jagal Papua hidup di kawasan hutan dataran rendah hingga ke perbukitan. Paruhnya abu-abu, bulu punggung, dada, perut serta ekornya bagian dalam dan bawah putih. Kepala, tepian sayapnya hitam. Burung Jagal Papua suka berkicau memanggil pasangan betinanya di cabang-cabang pohon yang tinggi terutama di pagi dan sore hari.
- Cucak Timor
- Melidektes Vogelkop adalah burung asli Tanah Papua yang hidup di hutan hujan tropis kawasan pegunungan tinggi. Kata vogelkop berasal dari bahasa Belanda yang artinya adalah Kepala Burung. Sebaran burung ini adalah wilayah Kepala Burung di Provinsi Papua Barat. Ini adalah salah satu burung endemik yang mendiami hutan-hutan daerah dingin. Burung ini suka memakan sari buah pisang hutan. Kicauannya yang bernada tinggi sering terdengar di pagi dan sore hari dari pepohonan yang tinggi di pegunungan Arfak, Papua Barat.
- Toowa Cemerlang atau yang dalam bahasa Inggris disebut Magnificent Riflebird hidup di hutan hujan tropis Papua terutama di dataran rendah hingga daerah perbukitan atau pegunungan rendah. Burung ini suka berkicau di sepanjang hari. Kicauannya nyaring sekali sehingga meskipun kita berada jauh dari burung ini, kita tetap bisa mendengar suaranya dengan baik. Burung Toowa Cemerlang sebenarnya termasuk dalam keluarga burung bidadari atau cendrawasih.
- Cekakak Paruh Kuning
- Cekakak Pita Biasa
- Cekakak Bidadari Dada Merah
- Cendrawasih Kuning Kecil
- Robin Punggung Hijau
Burung-burung tersebut semakin terancam keberadaannya karena habitatnya dimusnahkan untuk keperluan pemukiman warga, perkebunan monokultur kelapa sawit, kakao, pala, kopi, dan komoditas lainnya.
Di samping itu juga burung tersebut diburu warga untuk dijual lagi ke kota kepada para pedagang burung peliharaan maupun untuk keperluan dekorasi ruangan bagi bagi burung mati yang dikeringkan.Salah satu cara untuk melestarikan burung-burung tersebut adalah dengan mengembangkan ekowisata pengamatan burung di Tanah Papua. Paket wisata ke berbagai lokasi pengamatan burung ditawarkan kepada peserta tur yang berminat dengan durasi yang bervariasi seperti 3, 7 sampai 14 hari. Ekowisata pengamatan burung ini bermanfaat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung yang tinggal di pinggir hutan.
Teropong pengamatan burung yang saya rekomendasikan:
Ekowisata pengamatan burung dan satwa liar di hutan bisa menyediakan lapangan pekerjaan untuk warga setempat. Mereka bisa bekerja sebagai porter yang memikul tas, peralatan fotografi dan bahan makanan milik warga, menjadi tukang masak dan menyediakan jasa penginapan di rumah (homestay).